Emmanuel Macron Sudutkan Islam, Asosiasi Perdagangan Arab Serukan 'Boikot Produk Prancis'

- 26 Oktober 2020, 08:09 WIB
Supermarket di Oman menarik produk asal Prancis dari raknya sebagai protes terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Supermarket di Oman menarik produk asal Prancis dari raknya sebagai protes terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron. /Twitter @malamri17000

PR DEPOK - Beberapa asosiasi perdagangan Arab telah mengumumkan seruan untuk memboikot produk yang berasal dari Prancis.

Tindakan itu dilakukan untuk memprotes komentar atau pernyataan terbaru tentang islam yang dikatakan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron.

Dalam pernyataan Emmanuel Macron tersebut, dia berjanji akan melawan separatisme islam yang menurutnya mengancam.

Baca Juga: Ronaldinho Positif Covid-19, Akui Tak Rasakan Gejala dan Jalani Isolasi Mandiri di Belo Horizonte

Perlawanan tersebut dilakukan untuk mengambil kendali dari beberapa komunitas muslim di seluruh Prancis.

Tak hanya itu, Emmanuel Macron juga menggambarkan Islam sebagai agama yang berada "dalam krisis" di seluruh dunia.

Dia mengatakan bahwa pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905.

Baca Juga: Pembangunan Museum Nabi Muhammad di Jakut Mulai Digarap Usai Mekah dan Madinah Rampung Proyek Serupa

Selain Emmanuel Macron mendukung adanya outlet satir yang menerbitkan karikatur Nabi Muhammad, komentarnya itu juga menyebabkan terjadinya kapanye media sosial yang menyerukan boikot produk Prancis dari supermarket di negara-negara Arab dan Turki.

Beberapa tagar seperti #BoycottFrenchProducts, atau dalam bahasa Inggris dan Arab #ExceptGodsMessenger menjadi trending di berbagai negara seperti Kuwait, Qatar, Palestina, Mesir, Al-Jazair, Yordania, Arab Saudi, dan Turki seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Al-Jazeera, pada Senin 26 Oktober 2020.

Di Kuwait, ketua dan anggota direksi dari Al-Naeem Cooverative Society memutuskan untuk memboikot dan mengeluarkan semua produk Prancis dari rak supermarket.

Baca Juga: Megawati Soekarnoputri Diusulkan Jadi Pahlawan Demokrasi, Kemensos Angkat Bicara

Kemudian, di Qatar, perusahaan Wajbah Dairy mengumumkan untuk memboikot produk Prancis dan berjanji akan mengganti dengan alternatif lain.

Universitas Qatar juga bergabung dalam kampanye tersebut. Pihak universitas telah menunda acara Pekan Budaya Prancis tanpa batas waktu.

"Sama sekali tak bisa diterima, karena pelanggaran ini merusak nilai-nilai kemanusiaan universal dan prinsip-prinsip moral tertinggi yang sangat dihormati oleh masyarakat kontemporer," tulis pihak Universitas Qatar dalam akun Twitter @QatarUniversity.

Baca Juga: Sempat Lawan Penindasan Rezim Soeharto, Megawati Soekarnoputri Diusulkan Jadi Pahlawan Demokrasi

Kemudian, The Gulf Cooperation Council (GCC) mengungkapkan bahwa pernyataan Macron sangat tidak bertanggung jawab dan bertujuan untuk menyebarkan budaya kebencian di antara masyarakat.

Nayef al-Hajraf selaku sekretaris jenderal dewan meminta para pemimpin dunia dan pihak-pihak lain untuk menolak pidato kebencian dan penghinaan atas agama dan simbol-simbolnya.

Tindakan tersebut dilakukan untuk menghormati perasaan umat islam, terutama yang menjadi tawanan islamofobia.

Baca Juga: Agar Tak Pecah Layaknya Uni Soviet Dulu, MPR Minta Tanamkan Etika dan Moralitas dalam Berbangsa

Bahkan, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada Jumat, 23 Oktober 2020 mengutuk apa yang dikatakan Emmanuel Macron sebagai serangan lanjutan Prancis terhadap muslim dengan menghina simbol-simbol agama.

Sekretariatan OKI mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka terkejut dengan retorika politik resmi yang dikeluarkan oleh beberapa pejabat Prancis, yang menyinggung hubungam Prancis-Islam dan memicu kebencian atas perolehan partai politik.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah