Perselisihan kedua negara tersebut berlanjut usai perdebatan Prancis tentang sekularisme dan islamisme dihidupkan kembali dengan adanya insiden pembunuhan seorang guru sejarah.
Guru sejarah tersebut dibunuh setelah diduga mempertontonkan kartun Nabi Muhammad dalam kelasnya.
Baca Juga: Vaksinasi Segera Dilakukan di Indonesia, Bamsoet: Jangan Terburu-buru, Pastikan Aman dan Halal Dulu
Selain itu, Emmanuel Macron juga mengatakan bahwa Islam sedang dalam masa krisis saat ini. Pernyataan ini yang kemudian memantik kembali perdebatan atas kebebasan beragama di negara tersebut.
Sementara itu, disampaikan oleh salah seorang pejabat Prancis, bahwa pihaknya tidak dapat menerima komentar yang dilontarkan oleh Erdogan.
“Komentar Presiden Erdogan tidak dapat diterima. Kelebihan dan kekasaran bukanlah metode"
Baca Juga: Kunjungi Indonesia Pekan Ini, Mike Pompeo Akan Bahas Penolakan Pendaratan Pesawat Pengintai AS
“Kami menuntut Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal,” ujar pejabat tersebut.
Tak hanya dari Turki, sejumlah komentar yang menolak sikap Emmanuel Macron ini juga datang dari Kuwait, Maroko, serta Pakistan.***