Diduga Dilaporkan Sang Ayah karena Bekerja, Wanita 33 Tahun Diserang hingga Alami Kebutaan

- 10 November 2020, 17:52 WIB
Ilustrasi penyerangan.
Ilustrasi penyerangan. /Pixabay/

PR DEPOK  Seorang wanita berusia 33 tahun mengalami kebutaan usai diserang oleh tiga orang pria dengan sepeda motor.

Wanita yang baru saja pulang kerja dari kantor polisi di Provinsi Ghazni, Afghanistan Tengah itu ditembak dan ditusuk matanya dengan pisau.

Usai menjalani perawatan di rumah sakit, wanita bernama Khatera itu sempat menanyakan perihal kondisi matanya yang diperban.

Baca Juga: Singgung Massa Penjemput HRS yang Parkir di Tol, Pengamat: Semua Bandara di Indonesia Akan Terdampak

"Saya bertanya kepada dokter, mengapa saya tidak bisa melihat apa-apa? Mereka mengatakan kepada saya bahwa mata saya masih diperban karena luka. Tapi saat itu, saya tahu mata saya telah diambil," ujar Khatera,seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Menyadari kondisinya ini, ia dan pihak otoritas setempat meyakini bahwa serangan tersebut didalangi oleh militan Taliban.

Khatera mengatakan bahwa para penyerang bertindak atas petunjuk dari sang ayah, yang sedari dulu menolak keras dia bekerja di luar rumah.

Baca Juga: IDI Rilis Data Terbaru: 282 Tenaga Medis Meninggal Akibat Positif Covid-19

“Sering kali, saat saya pergi bertugas, saya melihat ayah saya mengikuti saya. Dia mulai menghubungi Taliban di daerah sekitar dan meminta mereka untuk mencegah saya pergi ke tempat saya bekerja,” terang Khatera.

Namun, tuduhan Khatera ini disangkal oleh pihak Taliban yang mengaku tidak terlibat dalam serangan yang membutakan matanya itu.

Sementara itu, usai mengalami kebutaan, Khatera menceritakan bahwa ia kehilangan mimpinya terlalu cepat.

Baca Juga: Bukan Sambut Habib Rizieq, Puluhan Orang Manfaatkan Ramainya Petamburan untuk Dirikan Pasar Kaget

“Saya berharap saya bisa bertugas di kepolisian setidaknya satu tahun. Jika ini terjadi pada saya setelah itu, itu tidak akan terlalu menyakitkan”

“Ini terjadi terlalu cepat, saya baru bekerja dan mewujudkan mimpi saya selama tiga bulan,” tutur Khatera.

Di sisi lain, para aktivis hak asasi manusia (HAM) menilai bahwa serangan yang terjadi kepada Khatera adalah bentuk kekerasan yang kerap menimpa wanita Afghanistan yang bekerja, terutama di ranah publik.

Baca Juga: Sampaikan Orasi di Kediamannya, Habib Rizieq Minta Pendukungnya Bubar dengan Tertib dan Tidak Ribut

Untuk diketahui, kelompok militan Taliban telah lama tidak menyukai wanita yang bekerja di luar rumah.

Para aktivis HAM ini meyakini bahwa peningkatan jumlah kekerasan terhadap wanita tersebut merupakan campuran norma-norma konservatif Afghanistan dan Taliban yang semakin berani usai Amerika Serikat menarik pasukannya dari negara itu.

Sementara itu, saat ini kelompok Taliban tengah bernegosiasi di Doha, Qatar, dengan pemerintah Afghanistan sebagai upaya membuat kesepakatan damai.

Baca Juga: Gunakan Lamborghini, Polisi Ini Bawa Ginjal ke Rumah Sakit Sejauh 500 Kilometer dalam Waktu 2 Jam

Namun, sejumlah pihak menilai bahwa Taliban nampaknya akan kembali berkuasa mengingat semakin meningkatnya pertempuran dan serangan terhadap para pejabat dan wanita terkemuka di Afghanistan.

“Meskipun situasi perempuan Afghanistan dalam peran publik selalu berada dalam bahaya, lonjakan kekerasan baru-baru ini di seluruh negeri telah memperburuk keadaan,” tutur Samira Hamidi, juru kampanye Amnesty International Afghanistan.

"Langkah-langkah besar menyangkut hak-hak perempuan di Afghanistan selama lebih dari satu dekade tidak boleh menjadi korban dari kesepakatan damai apa pun dengan Taliban,” ujarnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah