Resmikan Dua Alat Tes Covid-19 Unpad-ITB, Ridwan Kamil: Rapid Test 2.0 Miliki Akurasi Lebih Tinggi

15 Mei 2020, 10:18 WIB
GUBERNUR Jabar Ridwan Kamil memperkenalkan dua alat tes COVID-19 hasil penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR), di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad, Kota Bandung, Kamis 14 Mei 2020 /dok. HUMAS PEMPROV JABAR/

PIKIRAN RAKYAT - Belum lama ini dua universitas negeri ternama di Jawa Barat (Jabar) yakni Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil membuat alat tes Covid-19 dari hasil penelitian mereka.

Dua alat tes hasil penelitian Unpad dan ITB yakni Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (PCR) yang mana pada Kamis 14 Mei 2020, secara resmi diperkenalkan oleh Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad.

Dilansir Humas Pemprov Jabar, mantan Wali Kota Bandung itu menyebutkan Rapid Test 2.0 memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dibanding alat rapid tes sebelumnya.

Baca Juga: Setelah Jung Joon Won, Pemeran Utama Anak di The World of The Married Tak Luput dari Kritik 

"Keakurasiannya bisa mencapai 80 persen. Karena Rapid Test 2.0 tidak meguji sampel darah, akan tetapi swab," kata Kang Emil - sapaan akrab Ridwan Kamil.

Mengenai alat rapid test sebelumnya, kata Kang Emil, hanya medeteksi keberadaan benda asing yang ada di dalam tubuh manusia melalui antibodi.

"Tidak spesifik ke virus. Kalau yang Rapid Test 2.0 ini menggunakan antigen, jadi virusnya bakal ketemu," ucap Kang Emil, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.

Rencananya, sebut Kang Emil, untuk tahap awal Rapid Test 2.0 ini akan diproduksi oleh bioteknologi di Jabar sebanyak 5.000 pada bulan Juni 2020.

Baca Juga: Setelah Jung Joon Won, Pemeran Utama Anak di The World of The Married Tak Luput dari Kritik

Kemudian tahap berikutnya, direncanakan alat ini akan diproduksi sepuluh kali lebih banyak yakni sebanyak 50.000.

"Harganya lebih murah, untuk Rapid Test 2.0 minimal hanya Rp 120.000. Dibanding RDT yang selama ini beredar bisa sampai Rp 300.000," ujarnya.

Sementara itu, alat tes COVID-19 yang kedua yaitu tes diagnostik cepat berbasis teknik resonansi plasmon atau Surface Plasmon Resonance (SPR) yang fokus mendeteksi antigen, yaitu SARS-Cov-2, virus penyebab COVID-19.

Untuk SPR, kata dia, berbeda dengan tes swab dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Alat ini tidak memerlukan laboratorium saat melakukan pengujian spesimen. Bahkan untuk waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibanding metode PCR.

Baca Juga: Pria Ini Rayakan Ulang Tahun Ke-116 dengan Merokok di Tengah Pandemi Virus Corona 

"Cukup menggunakan laptop dan benda sebesar aki motor yang mampu menampung delapan sampel. Jadi bisa dibawa kemana-mana," ucapnya.

Jadi, nantinya pengujian dengan alat ini bisa langsung dilakukan di pasar atau tempat lainnya dengan tingkat akurasi sama dengan PCR.

"Harga alatnya sekitar Rp 200 juta, namun alatnya bisa mobile," katanya.

Kang Emil optimistis, dengan hadirnya Rapid Tes 2.0, SPR, Reagen PCR dari Biofarma, dan Ventilator buatan PT DI serta Pindad, target tes masif kepada 300.000 ribu warga Jabar dapat tercapai.

"Inilah sumbangsih dari para ilmuwan yang bela negara melalui ilmunya, karena dalam perang melawan COVID-19 ini, ada yang bela negara dengan garis depan yaitu tenaga medis, harta, tenaga dan lainnya," tambahnya.

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Azan Magrib DKI Jakarta dan Sekitarnya Hari Ini Jumat, 15 Mei 2020 

Sementara itu, Ketua Tim Riset Diagnostik COVID-19 Unpad, Muhammad Yusuf, menuturkan, Rapid Test 2.0 merupakan alat rapid test yang dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan virus (antigen) dalam tubuh. Keunggulan produk ini lebih murah, akurat, mudah digunakan, cepat, dan bisa didistribusikan ke pelosok daerah.

Sebagian besar komponen produk ini dikembangkan di dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan impor dan ketersediaan bahan baku.

"Kalau PCR yang dicari adalah kode genetik yang spesifik kemudian gen spesifik itu diperbanyak dan akan ketahuan ada tidaknya virus di situ, jadi yang dideteksi itu adalah gen-nya yang merepresentasikan adanya virus. Tetapi kalau SPR yang dideteksi adalah partikel virusnya," kata Yusuf.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Humas Jawa Barat

Tags

Terkini

Terpopuler