Namun, Raden Tamtoe meninggal dunia sehingga Raden Ayu Lasminingrat pulang seorang diri ke kabupaten Garut.
Selama di Garut, Raden Ayu Lasminingrat menggeluti dunia pendidikan dan literasi demi membunuh perasaan gundah dan dukanya.
Beruntung, ayahnya bersahabat dengan Karel Frederick Holle, dari pejabat perkebunan teh Belanda itu, Raden Ayu Lasminingrat mendapatkan asupan buku-buku Barat.
Selain itu, Raden Ayu Lasminingrat diajarkan untuk menerjemahkan buku-buku tersebut dan mengarang sebuah tulisan. Sejak saat itu, tumbuh kesadaran soal pendidikan bagi kaum perempuan dalam benak Raden Ayu Lasminingrat.
Pada 1879, Raden Ayu Lasminingrat mendidik anak-anak melalui buku-buku berbahasa Sunda hasil saduran dan terjemahan dari buku-buk Barat pemberian Holle.
Baca Juga: Carlo Ancelotti Dipantau Brazil, Real Madrid Langsung Dekati Julian Nagelsmann Pekan ini
Tepat pada 1907, Raden Ayu Lasminingrat merintis sekolah khusus untuk perempuan priyayi dan bangsawan lokal dengan nama Sakola Kautamaan Istri di Garut. Materi pendidikan dari sekolah ini adalah baca, tulis, dan pemberdayaan perempuan. Belakangan, sekolah ini terbuka untuk perempuan umum.
Ia berhenti dari karir kepengarangannya dan menggeluti dunia pendidikan bagi kaum perempuan hingga akhir hayatnya pada 1948.***