Sebut Aksi Blusukan Mensos Risma tak Make Sense, Arief Munandar: Khawatir dalam Rangka Politik 2024

8 Januari 2021, 12:16 WIB
Arief Munandar (kanan) komentari temuan Mensos Risma (kiri) yang temui gelandangan di pusat kota DKI Jakarta. /Dok. Instagram @kemensos dan tangkapan layar YouTube Bang Arief.

PR DEPOK – Sorotan terhadap aksi blusukan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma tak kunjung berhenti.

Bahkan, beberapa pihak turut menanggapi aksi blusukan Mensos Risma tersebut di media sosial Twitter. Doktor Sosiologi Poliitik dari UI, Arief Munandar pun ikut menyoroti polemik tersebut.

Sorotan itu diutarakan Arief Munandar melalui satu video di kanal YouTube pribadinya Bang Arief.

Baca Juga: Terang-terangan Sebut Fadli Zon, Husin Shihab: Akibat Doyan Nyinyirin Orang yang Kerja Ikhlas

Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, Arief menduga aksi blusukan Risma yang getol ia lakukan di Jakarta merupakan bentuk kerinduannya pada pekerjaannya dulu sebagai Wali Kota Surabaya.

“Bu Risma ini masih kangen sama peran-peran dia yang langsung hands on, turun ke lapangan, ketemu orang langsung, ketemu tunawisma, dan ngurusin gelandangan yang biasa dia lakukan di tempat asalnya Surabaya,” katanya.

Akan tetapi, ia mengingatkan Risma agar jangan berlarut-larut dalam melakukan aksi blusukan semacam itu.

“Jabatannya udah ganti kan bu Risma ya, gaji juga ganti bu,” ucap Arief menambahkan.

Baca Juga: Desak Risma Tangani ‘Manusia Silver’, Teddy Gusnaidi: Minta Jajaran Ibu Bina Mereka

Perihal tugas kerja, Arief menekankan bahwa peran seorang menteri itu bukan untuk turun ke lapangan, melainkan berkutat soal kebijakan.

“Ini perlu kita ingatkan kepada bu Risma, peran menteri itu adalah di level pembuat kebijakan dan pengawal dari pelaksanaan kebijakan,” ujar Arief.

Menurutnya, Kemensos secara khusus merupakan departemen yang paling bertanggung jawab dalam menangani orang-orang yang menyandang masalah sosial.

“Termasuk di dalamnya orang-orang miskin di seluruh Indonesia, bukan cuman di Jakarta,” katanya.

Baca Juga: Datang Lebih Cepat Dari Jadwal, Gisel Sudah Tiba di Polda Metro Jaya Sebelum Pukul 10.00 WIB

Selain itu, ia juga menerangkan bahwa semua ini erat kaitannya dengan orang-orang yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Ia menuturkan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2020, apabila dilihat persentase penduduk miskin di Jakarta adalah 4,53 persen.

Ia menilai, angka ini tentu jauh di bawah angka nasional yakni 7,38 persen.

“Jadi sudah jauh lebih baik ya dari angka nasional, nah bandingkan nih sama provinsi-provinsi lain, misalnya NTB 14,9 persen, Bengkulu 14,77 persen, Sumsel 12,16 persen, Yogyakarta 11,53 persen, bahkan Jatim provinsi dari mana Bu Risma berasal itu masih 7,89 persen, jauh di atas DKI Jakarta,” ucapnya.

Baca Juga: Rizky Febian Hanya Akan Beri Hak Warisan pada Bintang, Kuasa Hukum Yakin Teddy Berhak Dapat Bagian

Menurut penilaiannya, sangat tidak masuk akal apabila Risma sebagai Mensos terlalu fokus terhadap Jakarta.

“Kalau bu Risma sebagai Mensos itu terlalu fokus ngubek-ngubek Jakarta, gak make sense ya. Jakarta udah ada yang ngurusin, dan progresnya not bad gitu. Indonesia ini yang mesti diurus, masih banyak sekali daerah yang disparitasnya sama Jakarta jauh banget,” ucapnya.

Arief menuturkan kekhawatirannya jika Risma tidak segera mengubah langkahnya yang saat ini terkesan Jakarta-sentris.

“Ini akan semakin gencar muncul tuduhan bahwa Bu Megawati sebagai pimpinan PDI-P itu sengaja nih menempatkan Bu Risma sebagai Mensos dalam konteks mencuri start untuk perlombaan pertandingan politik 2024,” kata Arief.

Baca Juga: Fadli Zon Klarifikasi Soal Konten Pornografi, Respons Muannas: tak Cukup, FZ Pejabat Publik Maka...

Maka dari itu, apabila Risma tetap ‘mengurusi’ Jakarta, Arief mengatakan dirinya memiliki dua kekhawatiran.

“Gua khawatir orang kemudian mengatakan, ini Bu Risma sengaja, satu, gangguin Anies, yang kedua adalah pencitraan dalam rangka perlombaan politik 2024,” ujar dia.

***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Tags

Terkini

Terpopuler