Soroti Siswi Non Muslim Wajib Pakai Jilbab, Ravio Patra: Komnas HAM Periksa Sekolah Lain, Bukan Cuma Pakaian

23 Januari 2021, 15:48 WIB
Pegiat bidang kebijakan publik, keterbukaan informasi dan demokrasi Indonesia, Ravio Patra. /Facebook/Ravio Patra.

PR DEPOK - Baru-baru ini viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan siswi dipaksa mengenakan jilbab oleh pihak sekolah, terlebih siswi tersebut bukanlah seorang muslim.

Terkait hal tersebut, seorang pegiat bidang kebijakan publik, keterbukaan informasi dan demokrasi Indonesia, Ravio Patra meminta Komnas HAM tidak hanya memeriksa sekolah yang viral tersebut, melainkan sekolah-sekolah lainnya.

Ravio Patra juga berharap Komnas HAM bukan hanya memeriksa persoalan jilbab atau pakaian namun juga hal-hal di luar itu.

Baca Juga: Desak Anies Baswedan Transparan Soal Anggaran Formula E, Ferdinand: Ini Pemerintahan Bukan Warung Keluarga!

Pernyataan itu ia katakan lantaran kata dia, ada yang gagal masuk sekolah negeri karena sekolah yang dimaksud mewajibkan siswa-siswinya melaksanakan solat di masjid, padahal dia bukanlah seorang yang beragama Islam.

Pernyataaannya itu ia sampaikan melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @raviopatra pada siang ini, 23 Januari 2021 dengan menyematkan akun Twitter Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Beka Ulung Hapsara.

"Buat bang @Bekahapsara: kalau akhirnya Komisi memeriksa lebih jauh, semoga tidak hanya melihat satu sekolah ini saja. It’s everywhere. Dan bukan cuma masalah pakaian. Ada lagi yang gagal masuk sekolah negeri unggulan berasrama sebab wajib solat di masjid, padahal nonmuslim," ujarnya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Sabtu, 23 Januari 2021.

Baca Juga: Akan Diaktifkan Lagi oleh Komjen Listyo, Kadiv Humas Polri: Pam Swakarsa Kali Ini Berbeda dengan Sebelumnya

Dalam cuitan yang lainnya, Ravio Patra juga menyebut, sejak menjalani pendidikan di jenjang SD hingga SMA, dirinya hanya memiliki satu teman sekolah perempuan dan nonmuslim.

Namun, menurut dia, lebih mudah mengingat temannya itu dengan jilbabnya daripada rambutnya. Ini lantaran sudah menjadi aturan di sekolahnya pada saat itu.

"Sejak SD sampai SMA di kampung halaman, gue cuma punya satu teman sekolah yang perempuan & nonmuslim. Lebih mudah mengingat dia dengan jilbab ketimbang rambut, sebab ya “sudah aturannya begitu."

Baca Juga: Kapal Cantrang Diperbolehkan Lagi, Susi: Pak Jokowi, Sumber Daya Ikan Kita Dibawa ke Mana?

"Kalau ada yang ga terima, akan dibalas dengan pepatah & petitih," kata Ravio Putra melanjutkan.

Jadi menurutnya apabila ada pejabat daerah yang mengaku kaget dengan peristiwa siswi yang diminta mengenakan hijab oleh pihak sekolah, mungkin maksud pejabat tersebut kaget lantaran topiknya menjadi viral.

Baca Juga: Pandji Belum Minta Maaf ke NU-Muhammadiyah, Husin Shihab: Laporkan Saja, Bisa Rusak Demokrasi

"Jadi kalau ada pejabat daerah bilang mereka “kaget dan akan menginvestigasi”, mungkin maksudnya kaget sebab topiknya viral. Mungkin bisa sadar bahwa langit yang dijunjung dan bumi yang dipijak dalam pepatah itu ga sesempit isi kepala para katak dalam tempurung," kata dia menambahkan.

***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Tags

Terkini

Terpopuler