PR DEPOK – Akademisi Cross Culture Institute, Ali Syarief mengemukakan pendapatnya terkait tenggelamnya KRI Nanggala-402.
Diketahui sebelumnya, setelah tim pencari melakukan pencarian atas hilangnya kapal selam KRI Nanggala-402 selama kurang lebih 5 hari, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengumumkan hasil pencarian pada Minggu, 25 April 2021.
Menurut penuturannya tim pencari menemukan bukti kapal karam yang terbelah menjadi tiga bagian.
Baca Juga: Syarat Pencairan BPUM 2021 Tahap 2 Melalui BRI atau BNI untuk Cairkan Bantuan UMKM 2021
Dari bukti yang ditemukan itu, ia menyatakan bahwa para awak kapal KRI Nanggala-402 telah gugur dalam tugas.
“Berdasarkan bukti-bukti otentik tersebut dapat dinyatakan bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur,” tutur Hadi.
Atas pernyataan tersebut, Ali Syarief pun memberikan tanggapannya melalui akun Twitter miliknya, @alisyarief.
“Confirmed. Kapal Selam dinyatakan Tenggelam, atas dasar barang2 bukti sdh muncul diketemukan. Posisi Kapal segera akan bisa ditemukan. Rescue, Evaluasi dan Siapa yg bertanggung Jawab, hrs diminta setidak-tidaknya mundur. Setiap mushibah adalah ulah tanganmu, mnrt al-quran,” katanya.
Baca Juga: Update Persebaran Covid-19 Depok, 26 April 2021: 46.210 Positif, 43.545 Sembuh, 889 Meninggal Dunia
Dalam cuitan yang berbeda, ia pun mempertanyakan, apakah ada seremoni pengibaran bendera setengah tiang di Istana.
Untuk diketahui, tindakan itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan, berkabung, atau kemalangan.
“Di Istana Negara kibarin bendera setengah tiang nggak?” ucap Ali Syarief seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Senin, 26 April 2021.
Kalaupun tidak sesuai dengan protokol pengibaran bendera setengah tiang, lanjut dia, bukankah pihak Istana sudah beberapa ‘melanggar’ aturan.
“Kalaulah tidak sesuai dengan Protokol Pengibaran Bendera setengah tiang, bukankah anda biasa melabrak aturan?” ujarnya.
Dengan demikian, ia pun melihat bahwa implementasi sila ke-2 dalam Pancasila tampak sangat terbatas.
“Sepertinya sila ke 2 itu, sangat terbatas implementasinya,” tutur Ali Syarief.
Selain itu, ia pun menyayangkan negara yang tidak bisa menghormati para prajuritnya yang gugur saat bela negara.
“Bahkan Negara untuk bisa menghormati prajurit yg gugur sedang bela negara pun, tak terlihat simbul2nya. Bar bar,” ujarnya.***