Tetap Waspada! Hasil Tes Negatif Padahal Positif Covid-19 Bisa Terjadi karena Alasan Berikut

25 Juni 2021, 17:20 WIB
Ilustrasi swab test. /Humas Pemkot Bandung

PR DEPOK – Kemunculan istilah negatif palsu mungkin cukup asing di telinga masyarakat luas.

Namun ternyata istilah tersebut bukan istilah yang baru muncul belakangan ini.

Di tengah geliat sehat, masyarakat berbondong-bondong melakukan pemeriksaan tes Covid-19. Tetapi hati-hati jika hasil yang keluar negatif. Ada apa?

Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari unggahan akun Instagram @doktersam, ia membeberkan kemunculan istilah negatif palsu terhadap hasil pemeriksaan Covid-19.

Baca Juga: Soal Vonis 4 Tahun Penjara bagi Habib Rizieq, Fadli Zon Sebut UU 1946 Produk Hukum Warisan Belanda

Negatif palsu dalam pelaksanaan swab tes adalah ketika seseorang yang memiliki gejala penyakit Covid-19 tapi hasil tesnya menunjukan negatif.

Negatif palsu pada tes swab adalah ketika seseorang yang sakit Covid-19 tapi hasil test-nya negatif,” tulis akun @doktersam.

Lalu mengapa kondisi tersebut bisa terjadi pada seseorang? Menurut keterangan ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil tes swab PCR bisa menjadi negatif palsu.

Baca Juga: Jokowi Dinilai Hanya Retorika Soal Penanganan Pandemi, Andi Arief: Ayo Bertindak Pak

Faktor pertama adalah terlalu dini untuk melakukan swab tes.

Dengan begitu, negatif palsu bisa mencapai hampir seratus persen terjadi ketika jarak pemeriksaan satu hari setelah terpapar virus.

Negatif palsu bisa menjadi turun apabila pemeriksaan dilakukan dalam kurun waktu 5 hari setelah terpapar dan presentase menjadi 67 persen.

Baca Juga: Jabar Terima Donasi Suplemen Terapi Covid-19 Sebanyak 25 Ribu Botol, Ridwan Kamil: Nilainya Capai Rp6,8 Miliar

Setelah hari ke-8, negatif palsu bisa kembali berkurang menjadi 21 persen.

Faktor kedua adalah jumlah virus yang masuk terlalu sedikit. Aspek ini akan berkaitan dengan pemeriksaan yang dilakukan.

Pengerjaan swab yang kurang dalam ke hidung biasanya dapat menyebabkan hasil tes menjadi negatif. Padahal sebetulnya orang tersebut dalam keadaan sakit.

Baca Juga: Digosipkan Punya Hubungan dengan Manajer Sule, Ini Tanggapan Nathalie Holscher

Kondisi tersebut bisa terjadi karena disebabkan tenaga kesehatan yang kurang berpengalaman atau waktu pelaksanaan tes yang kurang tepat.

Salah satu penelitian menurut Wolfel pada 1 April 2020, replikasi maksimum Covid-19 di tenggorokan yakni pada hari ke-5 setelah gejala muncul.

Ketiga, adanya kesalahan penanganan sampel.Faktor ini biasanya berkaitan dengan tahap dengan pengumpulan, penyimpanan, transport serta ekstraksi RNA dari sampel yang diambil.

Baca Juga: Ditayangkan Secara Live, Berikut Rangkaian Acara Pernikahan Rizky Billar dan Lesti Kejora

Kesalahan dalam proses ini sangat berpotensi mempengaruhi kulitas sampel.

Berikutnya adalah sumber tipe sampel yang diambil. Ada beberapa tipe sampel yang dapat mempengaruhi hasil tes yang akan keluar.

1. Sensitivitas sampel yang diambil melalui mulut paling rendah 32 persen.

2. Sensitivitas sampel yang diambil lewat hidung lebih baik jika dibandingkan lewat mulut dengan akurasi 43 persen.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Dilihat Ungkap Alasan Pasangan Putus dengan Anda

3. Hasil swab paling baik jika sampel diambil dari bronchoalveolar dengan sensitivitas 93 persen.

Tetapi ini sulit diambil karena harus mengambil sampel dari saluran napas dengan alat bronkoskopi.

4. Swab yang dilakukan lewat hidung dan mulut merupakan upaya untuk memperkecil kemungkinan negatif palsu.

Baca Juga: Mengenal Peran Time Keepers yang Muncul di 3 Episode Awal Serial Loki

Demikian beberapa sampel yang dapat menjadi rujukan dalam pemeriksaan swab tes.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Tags

Terkini

Terpopuler