PR DEPOK – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo turut menyikapi adanya fenomena La Nina di Indonesia.
Ia menilai bahwa salah satu kunci dalam mengantisipasi dan memitigasi dampak fenomena La Nina pada sektor pangan adalah dengan inovasi dan pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat guna.
Mentan Syahrul mengatakan bahwa dalam upaya mengantisipasi terhadap iklim ekstrem La Nina sudah dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Baca Juga: Jelang Seri Ketiga BRI Liga 1, Persib Gelar Dua Kali Latihan dalam Sehari
Menurutnya, Kementan telah membuat strategi penanganan La Nina yaitu dengan metode brigade La Nina.
Ia juga mengungkapkan koordinasi antara Kementan dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah dilakukan melalui daring guna membangun sistem peringatan dini.
Koordinasi itu dilakukan untuk memetakan wilayah yang berpotensi mengalami dampak iklim ekstrem La Nina seperti banjir, kekeringan, dan hama penyakit.
Syahrul kemudian berpandangan, dalam upaya menyiasati La Nina, perlu menampung air hujan yang melimpah untuk tabungan air pada saat musim kemarau.
“Agar produktivitas tidak bermasalah kita perlu menampung air ketika sedang mengalami curah hujan tinggi seperti yang sedang terjadi saat ini. Jangan biarkan air hujan terbuang percuma sampai laut. Untuk itu, kita harus memperbanyak embung di setiap daerah untuk menampung air hujan guna menghadapi kemarau panjang sesudah ini,” ujar Syahrul Yasin Limpo sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada 13 November 2021.
Menurutnya, perlunya langkah lanjutan untuk mengadapi dampak iklim ekstrem atau La Nina ini, seperti halnya dalam penggunaan benih unggul tertentu yang kuat menghadapi gempuran air pada saat musim hujan.
“Saya berharap riset, sains, dan teknologi serta mekanisasi pertanian harus diperbanyak segera. Sehingga penerapan teknis budi daya ramah lingkungan, bebas residu, sesuai kontur tanah, memperlihatkan kearifan lokal,” kata Syahrul Yasin Limpo.
Fenomena La Nina ini membuat Aris Pramudia selaku Peneliti Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) Kementan mengemukakan pandangannya.
Aris Pramudia berpandangan jika dampak dari anomali La Nina pada setiap daerah akan berbeda-beda. Mulai dari daerah tertentu yang terkena dampak La Nina secara ekstrem, ringan, maupun yang tidak ada dampaknya sama sekali.
Baca Juga: Sah Jadi Suami Istri, Ria Ricis dan Teuku Ryan Dapatkan Kado Pernikahan dengan Nilai Fantastis
Dirinya menekankan dalam penanganan La Nina ini, stakeholder daerah masing-masing perlu merumuskan formulasi pencegahan La Nina hingga memahami polanya.
“Untuk itu, kita perlu melakukan komunikasi dan mengikuti perkembangan perubahan dan keragaman iklim selama musim hujan tahun 2021 hingga 2022 dan siap melakukan antisipasi setiap saat. Selain itu, memilih inovasi dan teknologi juga dapat mengantisipasi atau mengurangi dampak negatif anomali La Nina terhadap pertanian,” ujarnya.***