Omicron Sudah Ditemukan di Indonesia, dr Jaka Pradipta: Ibarat Virus Corona dengan Baju Baru

17 Desember 2021, 16:30 WIB
Ilustrasi Varian Covid-19 Omicron /Pixabay/

PR DEPOK - Kasus Omicron sudah ditemukan di Indonesia. Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi satu orang yang merupakan pegawai kebersihan di Rumah Sakit Wisma Atlet terpapar varian Omicron.

Kementerian Kesehatan juga mendeteksi ada lima kasus Omicron lainnya yang masuk ke Indonesia, yang hingga saat ini masih diteliti.

Lalu bagaimana perkembangan Omicron di Indonesia saat ini?

Baca Juga: Terungkap! Ini Alasan Nia Ramadhani Konsumsi Narkoba

Dokter Spesialis Paru, dr. Jaka Pradipta Sp.P mengatakan, Omicron diibaratkan sebagai virus Corona dengan ‘baju baru’.

Virus varian ini mampu bermutasi dalam jumlah yang banyak sehingga kurang dikenali oleh antibodi tubuh manusia.

Baju baru bukan berarti tidak dikenali, swab PCR dan antigen tetap dapat mendeteksi #omicron,” kata dr.Jaka seperti dikutip dari akun Twitter miliknya @jcowacko.

Menurut dr. Jaka, mutasi Omicron umumnya terjadi pada negara dengan jumlah imunitas warganya rendah.

Ia mencontohkan kasus yang terjadi di Afrika Selatan. Menurut dr. Jaka, negara tersebut memiliki kasus HIV yang tinggi, namun tingkat vaksin rendah.

Baca Juga: Rumor Film Spider-Man: No Way Home yang Paling Banyak Dibicarakan, Salah Satunya Kemunculan 3 Spiderman

Sementara, mutasi Omicron terbentuk karena pengaruh lain.

Dr. Jaka menyebut, seseorang yang terpapar Omicron memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan varian delta.

Mengutip data di beberapa dunia, dr. Jaka menyebut gejala Omicron didominasi badan pegal, meriang, pilek dan radang tenggorokan ringan.

Batuk kering dan anosmia seperti pada Delta sedikit dilaporkan,” terang dr. Jaka.

Namun, gejala yang lebih ringan ini terkadang berbahaya. Seseorang tidak sadar jika ia terinfeksi Omicron.

Baca Juga: 7 Manfaat Cokelat Hitam untuk Kesehatan, Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung hingga Tingkatkan Fungsi Otak

Meski begitu, tingkat dan angka kematian Omicron masih sangat rendah, termasuk di Afrika Selatan.

Sejauh ini angka kematian di afrika selatan cenderung rendah. Grafik kasus meningkat tinggi namun grafik kematian tetap flat. Kurang lebih 20 -30 kasus kematian perharinya, dari 37 rb kasus harian,” papar dr. Jaka.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Twitter @jcowacko

Tags

Terkini

Terpopuler