Peneliti: Kualitas Udara Buruk Bisa Perparah Penyebaran Virus Corona

1 Mei 2020, 10:00 WIB
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan saksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali sebelas sektor yang memang diizinkan. /ANTARA/

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah hasil penelitian menyebutkan terdapat korelasi antara pencemaran udara dengan jumlah infeksi Virus Corona baru penyebab COVID-19.

Sehingga hal itu membuat sejumlah organisasi dan lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan hidup meminta pemerintah untuk mengendalikan pencemaran udara.

Peneliti dari Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Fajri Fadhillah dalam kegiatan yang bertajuk 'media briefing Pandemi Corona dan Polusi Udara, Bagaimana Keterkaitannya?' di Jakarta pada Kamis, 30 April 2020 kemarin mengatakan pencemaran udara telah menyebabkan banyak masalah kesehatan serta lingkungan.

Baca Juga: Jadwal Imsak Ramadhan 1441 H Kota Depok Hari Ini Jumat, 1 Mei 2020

Ia menilai lambannya pengendalian pencemaran udara akhirnya kini memperparah risiko penyakit yang berhubungan dengan COVID-19.

Dia mengatakan bahwa kualitas udara jelas tidak bisa dipisahkan dengan timbulan penyakit seperti saat ini, jadi pengendalian pencemaran bobotnya menjadi semakin penting.

“Perbaikan kualitas udara tidak saja hanya akan menguntungkan kesehatan masyarakat di saat keadaan normal, tapi juga semakin penting dalam situasi pandemi seperti saat ini," kata Fajri sebagaimana dikutip dari Antara oleh Pikiranrakyat-depok.com.

Baca Juga: Cek Fakta: SBY Dikabarkan Kembalikan Dana Bank Century Rp 6,7 Triliun, Simak Faktanya

Menurutnya, langkah pengendalian pencemaran udara bisa diawali dengan publikasi informasi tentang kualitas udara yang lengkap, mulai dari ambien, emisi, meteorologis, dan geografis.

Fajri juga menjelaskan publikasi informasi tentang kualitas udara tidak saja penting untuk menyampaikan dampak atau risiko kepada masyarakat, tapi juga untuk memastikan akuntabilitas pemerintah dalam pengambilan kebijakan pengendalian pencemaran udara.

"Kami kampanyekan beberapa tahun belakang agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan pengendalian pencemaran berbukti ilmiah,” ujarnya.

Baca Juga: 3 Fenomena Langit Langka Akan Terjadi Sepanjang Bulan Mei, Catat Tanggalnya

“Ini penting karena ke depannya keputusan pemerintah untuk kendalikan pencemaran udara tentu akan mempertimbangkan data sebelum-sebelumnya," tuturnya.

Menurut dia, Indonesia dapat melihat contoh baik yang terjadi di Tiongkok yang sejak 2014 membuka informasi terkait pengendalian polusi udaranya.

Dengan keterbukaan informasi di sana asisten profesor di MIT Sloan School of Management, Cambridge, dapat meneliti penurunan emisi dari sumber-sumber pencemaran seperti dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, gas, dan biomassa, sehingga masyarakat dan peneliti juga dapat mengikuti seberapa jauh pencemaran udara sudah berkurang.

Baca Juga: Tenggak Racun Tikus Agar Bantuan Cair, Pakar: Pemerintah Thailand Tak Bisa Lindungi Rakyat

Sebelumnya, Guru Besar Universitas Indonesia (Gubes UI) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Prof Dr Budi Haryanto mengatakan penyakit kronis akibat polusi udara dapat memicu komorbiditas keparahan pasien COVID-19.

Budi mengatakan studi terbaru dari Harvard University memastikan bahwa orang-orang yang sudah lama terpapar polusi udara menjadi kelompok yang paling rentan terkena COVID-19.

Penelitian tersebut mendapati adanya kaitan antara peningkatan 1 μg/m3 PM2.5 dengan kualitas udara saat ini, dapat berdampak pada 15 persen tingkat kematian akibat COVID-19.

Baca Juga: Umat Islam di Israel Terpaksa Gelar Salat Tarawih di Lapangan Parkir saat Masjid Ditutup

Dengan hasil penelitian Universitas Harvard yang menemukan bahwa risiko kematian akibat COVID-19 mencapai 4,5 kali lipat pada wilayah dengan polusi PM 2.5 yang tinggi, dibandingkan yang berpolusi rendah, menurut dia, artinya Virus Corona sangat mampu memperparah dampak kesehatan akibat polusi udara.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler