Berstatus PDP, Warga Tak Mampu di Surabaya Keluhkan Mahalnya Tes Swab

9 Mei 2020, 12:00 WIB
ILUSTRASI rapid test virus corona //pexels/Polina Tankilevitch

PIKIRAN RAKYAT - Wakil DPRD Surabaya, Reni Astuti mengatakan bahwa dirinya terima pengaduan dari seorang warga yang mengeluhkan biaya tes swab di rumah sakit swasta.

Diketahui seorang warga tak mampu secara ekonomi tersebut saat ini bertstaus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), setelah sebelumnya melakukan tes swab dengan merogoh kocek sebesar Rp 2,2 juta tanpa adanya bantuan dari pemerintah kota setempat.

"Kemarin (Rabu, 6 Mei 2020), ia mengadu ke saya soal mahalnya biaya swab," kata Reni Astuti seperti dikutip Antara oleh Pikiranrakyat-depok.com.

Baca Juga: Cek Fakta: Umat Islam Arab Beramai-ramai Murtad Setelah Virus Corona Merebak, Simak Faktanya

Warga yang diketahui bekerja sebagai cleaning service ini, kata Reni, mengalami sakit demam dan kemudian dirinya memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat selama dua kali.

Pada saat itu, pihak Puskesmas tidak menyarankan untuk melakukan tes cepat covid-19.

Namun, dirinya dipaksa untuk ikut tes cepat oleh pihak kantor di tempat ia bekerja, lalu ia melakukan tes cepat itu dan diketahui hasilnya positif Virus Corona.

Baca Juga: Wanita Ini 'Diselamatkan' oleh Virus Corona Setelah Dokter Temukan Masalah pada Jantungnya

Mendapati hal itu, warga tersebut berinisiatif sendiri melakukan tes lanjutan atau swab di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Saat dilakukan swab, warga tersebut disarankan dokter untuk rawat inap di rumah sakit.

Merasa tidak mampu untuk mebayar biaya rawat inap di rumah sakit, akhirnya dia tidak mengikuti saran dokter tesebut. Selain itu, dirinya pun diminta oleh pihak RS untuk membayar biaya tes swab sebesar Rp 2,2 juta.

"Saat video call dengan saya, beliau mengeluh mahalnya biaya swab yang harus ditanggung sendiri," ucapnya.

Baca Juga: Latihan Dasar Militer Selesai Dijalani, Son Heung-min Sabet Gelar Peserta Terbaik

Reni menambahkan, orang tersebut saat ini sudah melakukan isolasi mandiri di rumah adiknya. Karena apabila di rumahnya ia merasa takut menularkan virus tersebut kepada anaknya.

Untuk itu, Reni menyampaikan persoalan tersebut ke Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya dengan maksud agar biaya tes swab orang tersebut diganti Pemkot Surabaya dan yang bersangkutan mendapat pendampingan dari Puskesmas setempat.

"Kasus ini harus jadi bahan evaluasi. Janga sampai ada yang harus menjalankan tes swab atas saran rumah sakit, namun terkendala biaya," ujarnya.

Baca Juga: Dua Ventilator Karya Anak Bangsa Masuki Tahap Uji Klinis

Reni mengatakan bagi warga Surabaya yang hasil rapid test menunjukan positif covid-19 maka untuk tes swab akan ditanggung oleh Pemkot Surabaya.

Selain itu, biaya perawatan selama di rumah sakit pun akan ditanggung oleh biaya APBD, terutama bagi pasien yang tidak mampu.

"Kalau rumah untuk isolasi mandiri PDP tersebut tidak layak, saya meminta agar disiapkan ruang isolasi. Karena wabah ini menular, harus ada penanganan ekstra dengan dibantu APBD," katanya.

Baca Juga: Studi Terbaru: Usai Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona, Mayoritas Individu Akan Membawa Antibodi

Reni berharap agar tidak ada kejadian seperti yang dialami bunda PAUD status PDP yang dirawat di rumah sakit swasta rujukan covid-19 Maret lalu yang milih pulang karena berat dibiaya. Beberapa hari kemudian meninggal dunia saat tes swab hasilnya positif.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita hingga saat ini belum memberikan keterangan apapun mengenai kejadian yang dialami seorang warga yang tak mampu.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler