Harlah 1 Abad NU 7 Februari 2023, Berikut Rangkuman Sejarah Berdirinya Nahdatul Ulama

5 Februari 2023, 07:28 WIB
Logo Nahdlatul Ulama (NU). / Instagram.com/@nahdlatululama/

PR DEPOK - Tinggal hitungan hari, organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdatul Ulama akan memperingati hari lahir ke-100 atau Harlah 1 Abad NU.

Memasuki usia panjang hingga 1 abad, tentu saja ada pula sejarah panjang berdirinya Nahdatul Ulama atau NU.

Sejarah berdirinya Nahdatul Ulama (NU) tidak bisa dilepaskan dari berbagai organisasi yang ada sebelumnya.

Baca Juga: Berikut Ini 3 Lokasi Penukaran Tiket Persib Bandung vs PSS Sleman

Dalam kalender Hijriyah hari lahir Nahdatul Ulama diperingati 16 Rajab setiap tahunnya yang di tahun ini jatuh pada Selasa, 7 Februari 2023.

Lantas bagaimana sejarah berdirinya Nahdatul Ulama? Sebelum NU berdiri, terdapat beberapa organisasi yang didirikan oleh kalangan pesantren untuk melawan kolonialisme.

Organisasi pertama bernama Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916.

Dua tahun setelah itu tepatnya pada tahun 1918, berdiri Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri.

Baca Juga: Tata Cara Cek Bansos PKH 2023 Online via HP dengan Mengakses cekbansos.kemensos.go.id

Untuk memperbaiki perekonomian rakyat, selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar). Dengan adanya organisasi ini, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota pada masanya.

Sementara itu, pada tahun 1908 muncul gerakan yang dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Gerakan ini muncul dilatarbelakangi oleh kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa dari kungkungan tangan penjajah.

Semangat kebangkitan terus menyebar ke mana-mana, setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain dan sebagai jawabannya, muncul berbagai organisai pendidikan serta pembebasan.

Baca Juga: Ramalan Shio Tikus, Kerbau dan Macan, Minggu, 5 Februari 2023: Hati-Hati akan Ada Perselisihan Hari Ini

Suatu ketika, Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah.

Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto.

Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.

Baca Juga: Misterius dan Idealis, Berikut Ini 5 Karakteristik dari si Introvert INFJ

Karena perbedaan sikap tersebut, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925.

Selanjutnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan pembatasan bermadzhab.

Didorong oleh minat yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.

Baca Juga: Bansos BPNT Cair Februari 2023 di Kantor Pos? Cek Penerima di cekbansos.kemensos.go.id

Berkat desakan dari kalangan pesantren yang tergabung dalam Komite Hejaz dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud akhirnya mengurungkan niatnya.

Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.

Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc itu, setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Gemini Besok Minggu, 5 Februari 2023: Kelola Keuangan dengan Baik dan Tetap Sabar

Berawal dari pemikiran tersebut, dibentuklah Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) setelah sebelumnya berkordinasi dengan berbagai kiai.

Organisasi Nahdlatul Ulama diketuai oleh oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Guna menegaskan prisip dasar NU, KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.

Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU, yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Demikian informasi sejarah berdirinya Nahdatul Ulama yang tahun ini memperingati Harlah 1 Abad NU.***

 
Editor: Nur Annisa

Sumber: nu.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler