Lasminingrat, Tokoh Intelektual Perempuan Pertama dari Tanah Sunda

29 Maret 2023, 13:11 WIB
Profil Lasminingrat, tokoh intelektual perempuan pertama dari tanah Sunda /Tangkapan layar Google Doodle

PR DEPOK - Raden Ayu Lasminingrat yang terlahir dengan nama Soehara pada 29 Maret 1854, merupakan tokoh intelektual perempuan pertama di tanah Sunda.

 

Ia juga dikenal sebagai pendiri sekolah khusus perempuan bernama ‘Sakola Kautamaan Istri’.

Lasminingrat dikenal juga sebagai putri seorang ulama, penghulu, sekaligus sastrawan sunda, Raden Haji Muhamad Musa dan ibunya Raden Ayu Ria.

Ia juga merupakan istri kedua dari Raden Adipati Aria Wiratanudatar VIII, yang merupakan seorang Bupati Garut.

Baca Juga: Carlo Ancelotti Dipantau Brazil, Real Madrid Langsung Dekati Julian Nagelsmann Pekan ini

Antara Lasminingrat, Dewi Sartika, dan R.A Kartini

Lasminingrat berkarya sejak tahun 1875, di mana saat tokoh perempuan lain seperti R.A Kartini dan Dewi Sartika, yang telah diangkat oleh pemerintah RI sebagai pahlawan nasional, belum lahir.

Namun, namanya cukup jarang terdengar dan diingat. Lasminingrat hampir tidak pernah tersebut namanya dalam sejarah pergerakan kaum perempuan di Indonesia. Namanya tenggelam di bawah kedua nama tokoh besar perempuan itu.

Hingga akhir hayatnya Lasminingrat, pada 10 April 1948, ia masih tak mendapatkan anugerah pahlawan nasional itu. Meski begitu, karyanya tidak ikut tenggelam.

Baca Juga: Lirik Lagu Letter oleh Jimin BTS

Tulisannya masih banyak ditemukan dalam buku bacaan di Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar di Jawa Barat.

Selain itu, jejaknya masih dapat dilihat dari sekolah hasi perjuangannya, yang kini masih berdiri di sudut kota Garut.

Bangunan sekolah itu oleh pemerintah provinsi telah ditetapkan sebagai bangunan yang dilindungi, dan dikategorikan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) di Kota Garut.

Perjuangan Lasminingrat

Baca Juga: BPNT 2023 Cair Lagi Kapan? Cek Penerima Bansos di cekbansos.kemensos.go.id, Dapatkan Uang Tunai Rp200.000

Lasminingrat mengenyam pendidikan di Sekolah Belanda yang berada di daerah Sumedang. Ia diasuh oleh teman Belanda ayahnya, Levsyon Norman.

Atas didikannya, Lasminingrat tercatat sebagai perempuan pribumi satu-satunya yang mahir menulis dan berbahasa Belanda pada saat itu. Dirinya cukup dikenal memiliki kecerdesan yang luar biasa.

Perjuangannya berawal dari kemahirannya dalam dunia kepenulisan. Ia pernah menerbitkan buku ‘Carita Erman’ yang merupakan terjemahan dari Cristoph von Schmid, dan karya bernama ‘Warnasari atawa roepa-roepa dongeng’.

Kedua karyanya itu lantas dijadikan buku pelajaran di Garut, bahkan hingga ke wilayah di luar pulau Jawa yang ditermahkan dalam bahasa Melayu.

Baca Juga: Pemerintah Buka 4.138 Formasi Calon ASN, Berikut Daftar Sekolah Kedinasan dan Tanggal Pendaftaran

Setelah menikah dengan Bupati Garut, Lasminingrat mendirikan sekolah pendidikan yang ia dedikasikan untuk kaum perempuan. Sekolah Keutamaan Puteri berhasil didirikan pada tahun 1911 bersama dengan Dewi Sartika.

Tidak banyak yang mengingat dirinya, ia sering disebut sebagai ‘sang pemula’ dengan pribadinya yang unik. Padahal sebutan itu, memiliki arti kekaguman terhadap seorang perempuan yang tampil berbeda, dari perempuan lain di zamannya.

Saat usinya menginjak 32 tahun, dengan kesibukannya sebagai istri kedua Bupati Garut, ia berhasil menyadurkan banyak cerita karya Grimm dari Eropa.

Tujuannya tidak lain, ialah agar kaumn perempuan sunda, dapat membaca karya-karya dari penulis Eropa tersebut.

Baca Juga: Bocoran Tanggal Pencairan Bansos Ramadhan 2023, Cek Penerima via cekbansos.kemensos.go.id

Kumpulan sadurannya itu, diterbitkan di tahun 1875 oleh percetakan milik pemerintah, Landsdrukkerji dengan judul Tjarita Erman.

Di tahun berikutnya, 1876, ia menerbitkan karya kedunya berjudul Warnasari atawa Roepa-Roepa Dongeng.***

Editor: Tesya Imanisa

Sumber: budaya.jogjaprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler