Menurut Nugraheni, estimasti tersebut cukup representatif dalam menggambarkan kerugian yang dialami oleh Kalimantan Selatan.
"Estimasi saat ini cukup representatif menggambarkan kemungkinan kerugian," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Senin, 25 Januari 2021.
Dalam memperhitungkan estimasi kerugian banjir tersebut, pihak Nugraheni menggunakan kurang lebih lima sumber data.
Kelima sumber tersebut antara lain yaitu data luas area yang tergenang berdasarkan citra spasial, data penggunaan lahan berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), data umur padi dari Kerangka Sample Area (KSA) Badan Pusat Statistik, serta data-data yang tertuang dalam peraturan daerah.
Perhitungan itu juga dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perkiraan nilai kerugian gagal panen akibat lahan sawah yang tergenang di sektor pertanian dan sektor perikanan.
Lalu tujuan lain yaitu untuk mengetahui nilai kerugian akibat dari hilangnya ikan budi daya di empang, kolam, dan tambak akibat banjir.
Sedangkan, nilai kerugian yang dihitung dari sektor infrastruktur meliputi jumlah rumah yang terendam, jumlah rumah yang terdampak, jumlah sekolah rusak, dan jumlah tempat yang terdampak banjir.
Estimasi dari Tim Reaksi Cepat Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT hingga saat ini belum memperhitungkan dampak banjir pada beberapa kegiatan seperti pariwisata, transportasi, pertanian palawija dan holtikultura, kerusakan lingkungan, sarana sanitasi dan kondisi perekonomian dalam jangka panjang.