Sedangkan pada survei terakhir, lanjutnya, Demokrat elektabilitasnya naik tinggi menjadi 8,2 persen, membuat posisi Demokrat berada di empat besar.
Menurut Andreas, hal yang membuat elektabilitas PDIP turun salah satunya karena terkait kasus korupsi bantuan sosial Covid-19 yang melibatkan Menteri Sosial, Juliari P. Batubara yang berasal dari PDIP.
“Pengungkapan kasus korupsi bantuan sosial penanganan Covid-19 yang melibatkan menteri dan sejumlah politisi asal PDIP membuat citra parpol penguasa ini melorot tajam,” terang Andreas.
Kemudian, Andreas mengatakan bahwa parpol-parpol oposisi, khususnya Demokrat, telah cukup berhasil memanfaatkan kemerosotan dukungan terhadap PDIP.
“Naiknya isu kudeta terhadap kepemimpinan Demokrat bisa jadi upaya untuk terus mendulang elektabilitas,” ucap Andreas.
PKS naik dari 5,5 persen pada Juni 2020 menjadi 6,1 persen pada Oktober 2020 dan terakhir 7,7 persen. PSI naik dari 4,2 persen pada Juni 2020 menjadi 4,6 persen pada Oktober 2020 dan terakhir menjadi 4,8 persen.
Parpol-parpol lain cenderung stabil atau turun, misalnya Gerindra dan Golkar. Gerindra berada pada posisi dua besar dari 12,5 persen menjadi 12,6 persen pada survei terakhir. Sedangkan Golkar menyusul di tiga besar dari 9,7 persen menjadi 9,1 persen.
Berikutnya, PKB dari 6,8 persen turun menjadi 6,4 persen, Nasdem dari 4,1 persen menjadi 3,5 persen, PPP dari 2,4 persen menjadi 2,0 persen, dan PAN dari 1,6 turun menjadi 1,0 persen.