PR DEPOK – Politisi PDI Perjuangan, Ruhut Sitompul menyindir salah satu tokoh nasional yang baru-baru ini mendapat sorotan khalayak luas.
Ia mengaku bingung ada seorang tokoh yang berani melawan seorang jenderal Bintang Empat.
Bintang Empat dilawan ? yg nggak ada jabatannya lagi saja susah dilawan apalagi yg masih ada giginya, krn itu jgn dengar pembisik2 yg jam terbangnya masih kurang MERDEKA????????????.— Ruhut Sitompul (@ruhutsitompul) February 8, 2021
“Bintang Empat dilawan?” tulis Ruhut seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @ruhutsitompul.
Ruhut menuturkan bahwa seseorang yang sudah tidak memiliki jabatan saja sulit untuk dilawan. Apalagi, menurut dia, yang masih memilikinya.
“Yg nggak ada jabatannya lagi saja susah dilawan apalagi yg masih ada giginya,” ucapnya.
Oleh sebab itu, ia meminta masyarakat untuk tidak mendengar tokoh yang masih minim jam terbang dalam konstelasi politik nasional.
“Krn itu jgn dengar pembisik2 yg jam terbangnya masih kurang, MERDEKA,” ujar mantan politisi Partai Demokrat itu.
Tokoh nasional yang disebut dalam cuitan Ruhut tersebut diduga terkait isu yang belakangan menjadi perbincangan publik, yakni Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko.
Pasalnya, Moeldoko sendiri merupakan seorang jenderal Bintang Empat yang disebut dalam cuitan itu.
Kemudian, ‘pembisik’ yang kurang memiliki jam terbang diduga merujuk pada AHY yang merupakan sosok politikus muda.
Pada 2017, untuk pertama kalinya AHY terjun dalam dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Beberapa waktu belakangan, AHY menyatakan ada gerakan pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat.
Baca Juga: Sampaikan Duka Cita pada Ustaz Maaher yang Meninggal Dunia, Gus Sahal: Berilah Belas Kasihan
Menurutnya, gerakan politik tersebut bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan pimpinan Partai Demokrat secara inkonstitusional.
Hal itu diketahui dari laporan dan aduan dari pimpinan dan kader Partai Demokrat baik pusat, daerah maupun cabang.
Moeldoko sendiri pun dituding menjadi bagian dari gerakan pengambilalihan paksa tersebut.***