Wahai netizen yg budiman, Tolong sampaikan kpd BW ini, jangan banyak bacot omong kosong, kedua, jangan memilih diksi yg melampaui situasi, kesannya itu jd fitnah. Ketiga, suruh dia belajar dulu ttg apa sesungguhnya yg terjadi di Demokrat, jgn berasumsi hanya dgn order. ???? https://t.co/4mBJmSzCCG— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) March 13, 2021
“Wahai netizen yg budiman, Tolong sampaikan kpd BW ini, jangan banyak bacot omong kosong,” tulis Ferdinand pada Sabtu, 13 Maret 2021 sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @FerdinandHaean3.
Lalu, ia mengingatkan Bambang untuk lebih memilih diksi yang digunakan karena bisa terkesan fitnah bila berlebihan.
“Kedua, jangan memilih diksi yg melampaui situasi, kesannya itu jd fitnah,” ujarnya.
Kemudian, Ferdinand pun menyentil Bambang untuk tidak berasumsi terlebih dulu hanya karena sesuai ‘order’ atau ‘pesanan’.
“Ketiga, suruh dia belajar dulu ttg apa sesungguhnya yg terjadi di Demokrat, jgn berasumsi hanya dgn order,” katanya.
Karena menurutnya, pihak Partai Demokrat justru akan rugi apabila Bambang selaku Kuasa Hukum menggunakan diksi yang melebihi situasi yang ada.
Demokrat justru akan rugi dan menjadi musuh bersama jika lawyernya menggunakan diksi2 yg berlebihan dan cenderung menyerang tanpa strategi dan taktis.
Bambang W baru bekerja sj sdh blunder dgn istilah brutalitas demokrasi. Ini akan merugikan krn membunuh simpati kpd Demokrat.— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) March 13, 2021
“Demokrat justru akan rugi dan menjadi musuh bersama jika lawyernya menggunakan diksi2 yg berlebihan dan cenderung menyerang tanpa strategi dan taktis,” ujarnya.
Selanjutnya, ia menyayangkan blunder yang dilakukan oleh Bambang, lantaran dapat membunuh simpati kepada partai berlambang mercy itu.