Akan tetapi, jika peserta tersebut memiliki pemahaman agama yang lebih baik, ia akan bingung karena dalam agama ada unsur Pancasila dan Pancasila juga tidak bertentangan dengan agama.
"Jadi kebingungan inilah yang ditangkap oleh asesor sehingga mengetahui seseorang berada di level mana," ujar Bima.
Dengan demikian, Bima menegaskan bahwa makna dari pertanyaan memilih Pancasila atau Alquran dalam TWK sejatinya bukan perkara Pancasila atau agama melainkan lebih kepada melihat respons dari peserta.
"Perlu diketahui sebenarnya yang ingin dilihat asesor adalah respons dari pertanyaan, bukan jawabannya," katanya.
Selain itu, ia menilai bahwa tujuan yang hendak dicapai KPK dalam pelaksanaan TWK adalah untuk mengetahui keyakinan dan keterlibatan peserta yang diuji dalam bernegara.
Baca Juga: Soroti Komunitas JokPro 2024, Refly Harun: Memang Prabowo Mau Jadi Sekadar 'Wakil Presiden'?
“Jadi bukan hanya pemahaman, tapi adalah keyakinan dan keterlibatan mereka dalam proses bernegara ini,” katanya.
Ia juga kembali menekankan bahwa untuk menjadi ASN, banyak aturan yang mengikat, misalnya setia pada pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga semua peraturan perundang-undangannya.
Maka dari itu, penyelenggara TWK ingin melihat apakah 1.349 pegawai KPK yang dites memiliki keyakinan dan pemahaman atau keterlibatan yang memadai untuk menjadi ASN***