Terbaru! BPOM Tambah Kombinasi Booster Vaksin Covid-19, Berikut Daftarnya

- 17 Januari 2022, 13:52 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19 dosis booster.
Ilustrasi vaksin Covid-19 dosis booster. /Reuters/Dado Ruvic

PR DEPOK - Pemerintah telah melaksanakan pemberian vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster sejak 12 Januari 2022.

Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI kembali memberi persetujuan untuk penggunaan vaksin booster menjadi enam jenis booster homolog dan heteorolog pada vaksin Covid-19.

Sebelumnya, BPOM hanya memberikan izin penggunaan darurat untuk 5 jenis vaksin Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: Banten Kembali Diguncang Gempa, Daryono BMKG: Ini Merupakan Gempa Lain, Bukan Susulan

"BPOM kembali mengeluarkan persetujuan penggunaan untuk dua regimen booster heterolog pada vaksin Covid-19," kata Kepala BPOM Penny K Lukito dikutip PikiranRakyat-Depok-com dari Antara.

Berdasarkan keterangan Penny K Lukito, dua varian booster heterolog tersebut, yakni vaksin Pfizer setengah dosis untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca serta vaksin AstraZeneca setengah dosis untuk vaksin primer Sinovac atau dosis penuh untuk vaksin primer Pfizer.

"Vaksin Pfizer setengah dosis untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca serta vaksin AstraZeneca setengah dosis untuk vaksin primer Sinovac atau dosis penuh untuk vaksin primer Pfizer," terangnya.

Baca Juga: Kasus Omicron di Indonesia Merangkak Naik, Kemenkes Ungkap Soal Kemungkinan Isolasi Mandiri

Dengan penambahan daftar persetujuan tersebut, maka jenis vaksin booster yang memperoleh izin penggunaan darurat di Indonesia saat ini bertambah menjadi enam varian.

Dilansir dari laman www.bpom.go.id, vaksin primer Sinovac/CoronaVac produksi PT Bio Farma memperoleh varian booster Sinovac (homolog) dosis penuh, AstraZeneca (heterolog) setengah dosis, Pfizer (heterolog) setengah dosis dan Zifivax (heterolog) dosis penuh.

Untuk vaksin primer Pfizer memperoleh varian booster Pfizer (homolog) dosis penuh, AstraZeneca (heterolog) dosis penuh, Moderna (heterolog) setengah dosis.

Baca Juga: Kasus Omicron di Indonesia Merangkak Naik, Kemenkes Ungkap Soal Kemungkinan Isolasi Mandiri

Untuk vaksin primer AstraZeneca memperoleh varian booster AstraZeneca (homolog) dosis penuh, Pfizer (heterolog) setengah dosis, Moderna (heterolog) setengah dosis.

Untuk vaksin primer Moderna memperoleh varian booster Moderna (homolog) setengah dosis.

Untuk vaksin primer Janssen memperoleh varian booster Moderna (heterolog) setengah dosis.

Vaksin Primer Sinopharm memperoleh vaksin booster Zifivax (heterolog) dosis penuh.

Baca Juga: Anies Baswedan Sebut Penampilan Nidji di JIS Spektakuler, Netizen: Satire yang Berkelas

Pada vaksin Pfizer sebagai booster heterolog setengah dosis untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca, menunjukan hasil imunogenisitas berupa peningkatan antibodi yang tinggi pada 6-9 bulan (31-38 kali) setelah pemberian dosis primer lengkap.

Di sisi lain, peningkatan antibodi setelah 6 bulan vaksinasi primer lengkap vaksin Sinovac menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (105,7 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster.

“Secara umum pemberian dosis booster vaksin Pfizer dengan vaksin primer Sinovac dapat ditoleransi baik reaksi lokal maupun sistemik,” katanya.

Baca Juga: Tak Izinkan Doddy Sudrajat Ajak Gala Sky Pergi, Haji Faisal Blak-blakan Ungkap Ketakutannya

Untuk vaksin Pfizer sebagai booster dengan vaksin primer AstraZeneca, kata Penny, hasil imunogenisitas menunjukkan booster vaksin Pfizer setengah dosis setelah 6 bulan vaksinasi primer lengkap dengan vaksin
AstraZeneca menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (21,8 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster.

Terakhir, vaksin AstraZeneca sebagai booster heterolog setengah dosis dengan vaksin primer Sinovac menunjukan hasil imunogenisitas berupa peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (35-38 kali), baik pada interval booster 3-6 bulan (34-35 kali) maupun 6-9 bulan (35 -41 kali).

Penny memastikan kenaikan IgG pada setengah dosis booster tidak berbeda jauh dengan dosis penuh.

Baca Juga: Shin Tae-yong Tersinggung dengan Kritikan PSSI, sang Penerjemah Mulai 'Ragu': Bisa Lanjut Gak Ya?

Untuk booster dengan Vaksin Primer Pfizer dosis penuh menunjukan peningkatan imunogenisitas antibodi IgG yang baik dari 3.350 menjadi 13.242.

“Penetapan vaksin yang digunakan program tersebut telah merujuk vaksin Covid-19 yang telah disetujui oleh BPOM untuk penggunaan booster. Penggunaan jenis vaksin di lapangan, dapat menyesuaikan berdasarkan pertimbangan ketersediaan, sepanjang masuk dalam persetujuan penggunaan yang telah diterbitkan oleh BPOM," katanya.

Persetujuan BPOM untuk penambahan posologi dosis booster dilakukan sesuai hasil uji klinis yang dapat diterima.

Baca Juga: Wanita Tiongkok Ini Kedapatan Mengamuk dan Merobek Puluhan Gaun Pengantin, Begini Alasannya

Hal tersebut juga didukung oleh para tim ahli Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19 dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) serta asosiasi klinisi terkait.

Ditengah gencarnya usaha pemerintah menjalankan program vaksinasi booster, BPOM mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya kunci dalam memutus rantai penyebaran Covid-19.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk bijak dan berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan yang digunakan dalam penanganan Covid-19.

Lebih lanjut, Penny K Lukito juga menyarankan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan promosi produk obat, obat tradisional maupun suplemen kesehatan dengan klaim dapat mencegah atau mengobati Covid-19.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah