Warga di Bawah 45 Tahun Diminta Kembali Bekerja, LIPI: Rawan Tulari Lansia dan Mirip Seperti Italia

- 13 Mei 2020, 11:45 WIB
ILUSTRASI kerja.*
ILUSTRASI kerja.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Indonesia belum lama ini berencana untuk mengizinkan masyarakat berusia 45 tahun ke bawah untuk kembali beraktivitas di tengah sejumlah daerah sedang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kabar tersebut disampaikan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo pada saat konferensi pers melalui siaran langsung di akun Instagram Sekretariat Kabinet pada Senin, 11 Mei 2020.

Menurut Doni Monardo, alasan memberikan ruang kepada warga berusia di bawah 45 tahun untuk kembali bekerja adalah demi menekan potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di tengah merebaknya pandemi corona di Indonesia.

Baca Juga: Tidak Terawat Selama Lockdown, Kursi dan Karpet Bioskop di Malaysia Berjamur Tak Karuan 

Keputusan yang dipilih oleh pemerintah tentu akan memunculkan beragam komentar dari berbagai pihak, termasuk dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dilansir Antara oleh Pikiranrakyat-Depok.com, menurut penelitinya Rusli Cahyadi mengatakan bahwa kebijakan soal rencana pemerintah mengizinkan kembali warga berusia di bawah 45 tahun untuk kembali bekerja berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19.

Menurut data yang masih dinamis, kata Rusli, memang warga berusia di bawah 45 tahun lebih resisten terhadap pandemi ini. Namun, tidak dapat dipungkiri berdasarkan statistik, lansia yang tinggal berdekatan dengan kaum yang lebih mudah sangat besar, khususnya di Indonesia.

"Mayoritas di Indonesia para lansia masih tinggal satu rumah bersama anak-anaknya. Dengan kondisi seperti itu, maka potensi mereka untuk menularkan kepada kepada lansia akan sangat besar," kata Rusli kepada Antara, Selasa.

Baca Juga: Kembaran Bumi Ditemukan 'Bertetangga' di Orbit yang Sama, Peneliti Jelaskan Fenomenanya 

Rusli menambahkan, tidak menutup kemungkinan bagi warga berusia di bawah 45 bisa membawa Covid-19 tahun menunjukkan gejala atau asimtomatik.

Pernyataan yang diutarakan, kata Rusli, bercermin dari kasus yang ada di Italia. Di mana banyak orang di Italia sangat berdekatan tempat tinggal dengan para lansia, yang menyebabkan jumlah kasus di sana bertambah sangat masif.

"Kaum muda kan doyan nongkrong di kafe (cafe culture) yang mana di sana tak sedikitnya berpotensi kontak fisik sehingga menjadi carrier corona dengan lansia," ucapnya.

Begitu pun di Indonesia, kebanyakan lansia masih berbagi ruangan, seperti kamar mandi, dapur, dan bahkan berbagi kamar dan tempat tidur.

Baca Juga: Merasa Dirinya Terpapar Namun Ditolak Tes Covid, Perawat Ini Terpaksa Bohong Agar Bisa Dites 

"Hal itu akan memicu potensi besar kasus-kasus baru bermunculan dan bahkan jumlah korban," katanya.

Menurut Rusli saat ini sepertinya pemerintah punya masalah yang lebih besar dan penting untuk diselesaikan ketimbang penyebaran Covid-19.

"Kemungkinan peningkatan jumlah orang yang akan tertular, sakit, dan meninggal akibat virus ini rupanya kurang penting dibandingkan dengan (apapun) masalah tersebut," kata Rusli.

Berdasarkan data yang tercantum dalam situs covid19.go.id, pernyataan pemerintah berbanding terbalik dengan fakta bahwa mayoritas kasus berada pada rentang usia 0 sampai 45 tahun yaitu 53,4 persen. Sedangkan untuk 46 tahun ke atas 46,6 persen.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x