Pierre Tendean dikenal sebagai seseorang yang rendah hati, dia juga sangat disayang oleh teman-temannya. hal ini dikarenakan ia tidak pernah membeda-bedakan orang lain.
Dalam karirnya sebagai prajurit, Pierre Tendean berhasil mendapatkan posisi sebagai Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II di Medan pada tahun 1962.
Selain itu, Pierre Tendean juga berhasil menyelesaikan misinya dengan baik sebagai mata-mata DIPIAD saat peristiwa konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.
Pierre Tendean merupakan salah satu korban dari kekejaman PKI dalam tragedi Gerakan 30 September (G30S PKI) pada tahun 1965.
Saat insiden itu terjadi, Pierre Tendean yang ketika itu bertugas sebagai ajudan Jendral Besar TNI Abdul Haris Nasution berupaya menahan para pemberontak agar tidak menemui Jenderal Nasution.
Baca Juga: Cek Penerima BSU 2022 di kemnaker.go.id, Dapatkan BLT Subsidi Gaji Rp600.000
Naas para pemberontak salah mendengar pernyataan dari Pierre Tendean, mereka mengira bahwa Pierre Tendean adalah Jenderal Nasution.
Pierre Tendean kemudian diculik dan akhirnya dibunuh dengan cara ditembak, sesuai dengan laporan hasil visum ditemukan luka tembak menganga dikepala.
Pierre Tendean wafat pada tanggal 1 Oktober 1965 diusianya yang menginjak 26 tahun padahal pada bulan Desember di tahun yang sama ia telah berencana untuk menikahi sang kekasih, Rukmini.