Saat perayaan Hari Kartini identik dengan busana kebaya yang dikenakan oleh wanita Indonesia. Kebaya bukan hanya sekadar busana atau lembaran kain penutup tubuh saja, namun merupakan identitas bangsa yang keberadaannya membentuk ekosistem tersendiri, yaitu para perajin, seniman, dan pegiat fesyen.
Kebaya mengandung nilai kepatuhan, kehalusan, dan sikap wanita yang lemah lembut. Adapun sejak abad ke-15, busana kebaya sudah dikenakan oleh wanita Indonesia terutama yang berada di Pulau Jawa, Bali hingga Sumatera. Pada masa itu, busana kebaya hanya dikenakan oleh kaum bangsawan saja.
Baca Juga: Profil Ganjar Pranowo, Resmi Diusung Megawati Sebagai Calon Presiden dari PDIP
Di Jawa Barat sendiri, busana kebaya hanya dikenakan oleh kaum bangsawan. Hingga era pemerintahan Belanda, busana kebaya dikenakan oleh masyarakat biasa untuk menunjukkan tingkat sosial seseorang.
Pada abad ke-19, busana kebaya mulai familier dikenakan oleh masyarakat yang lebih umum, termasuk wanita keturunan Belanda yang menetap di Indonesia kala itu. Busana kebaya pun tidak lagi didominasi oleh anggota kerajaan dan kaum priayi.
Hingga kemudian, di era tahun 1940-an busana kebaya dipilih Presiden Soekarno sebagai kostum nasional yang menggambarkan identitas wanita Indonesia. Kini, busana kebaya dianggap sebagai simbolisasi emansipasi wanita yang melekat dan sering dikonotasikan dengan tokoh kebangkitan wanita, R. A. Kartini.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017, busana kebaya merupakan pengetahuan tradisional. Pengetahuan tradisional sendiri adalah salah satu Objek Pemajuan Kebudayaan.