Identik Dikenakan Wanita saat Perayaan Hari Kartini 21 April, Ketahui Sejarah Kebaya

- 21 April 2023, 15:41 WIB
Berikut ini sejarah kebaya, identik dikenakan wanita saat perayaan Hari Karini setiap tanggal 21 April.*
Berikut ini sejarah kebaya, identik dikenakan wanita saat perayaan Hari Karini setiap tanggal 21 April.* /Instagram/intm_nettv/

PR DEPOK - Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April. Dipilihnya tanggal 21 April ini karena merupakan tanggal kelahiran Pahlawan Wanita Indonesia, Raden Ajeng Kartini (R.A. Kartini), tepatnya pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah.

 

R. A. Kartini adalah seorang pejuang emansipasi wanita Indonesia. Berkat jasanya, wanita Indonesia bukan lagi sosok yang hanya berdiam diri di rumah, mengurus suami dan anak, tetapi bisa menjadi apapun yang diinginkan, berkontribusi untuk kemajuan bangsa, serta bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.

Perjuangan Kartini di masa lalu telah memberikan perubahan besar bagi kehidupan wanita Indonesia di masa kini, karena sejatinya wanita memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mengejar mimpi dan cita-citanya.

Untuk menghormati dan mengingat perjuangan serta jasa Kartini, pemerintah Indonesia menetapkan Hari Kartini setiap tanggal 21 April.

Baca Juga: Jadi Makanan Khas Lebaran Hari Raya Idul Fitri, Ini Sejarah Ketupat

Untuk diketahui, bahwa Hari Kartini mulai diperingati sejak ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Keputusan tersebut bersamaan dengan ditetapkannya Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia.

Sejarah Busana Kebaya

 

Saat perayaan Hari Kartini identik dengan busana kebaya yang dikenakan oleh wanita Indonesia. Kebaya bukan hanya sekadar busana atau lembaran kain penutup tubuh saja, namun merupakan identitas bangsa yang keberadaannya membentuk ekosistem tersendiri, yaitu para perajin, seniman, dan pegiat fesyen.

Kebaya mengandung nilai kepatuhan, kehalusan, dan sikap wanita yang lemah lembut. Adapun sejak abad ke-15, busana kebaya sudah dikenakan oleh wanita Indonesia terutama yang berada di Pulau Jawa, Bali hingga Sumatera. Pada masa itu, busana kebaya hanya dikenakan oleh kaum bangsawan saja.

Baca Juga: Profil Ganjar Pranowo, Resmi Diusung Megawati Sebagai Calon Presiden dari PDIP

Di Jawa Barat sendiri, busana kebaya hanya dikenakan oleh kaum bangsawan. Hingga era pemerintahan Belanda, busana kebaya dikenakan oleh masyarakat biasa untuk menunjukkan tingkat sosial seseorang.

Pada abad ke-19, busana kebaya mulai familier dikenakan oleh masyarakat yang lebih umum, termasuk wanita keturunan Belanda yang menetap di Indonesia kala itu. Busana kebaya pun tidak lagi didominasi oleh anggota kerajaan dan kaum priayi.

 

Hingga kemudian, di era tahun 1940-an busana kebaya dipilih Presiden Soekarno sebagai kostum nasional yang menggambarkan identitas wanita Indonesia. Kini, busana kebaya dianggap sebagai simbolisasi emansipasi wanita yang melekat dan sering dikonotasikan dengan tokoh kebangkitan wanita, R. A. Kartini.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017, busana kebaya merupakan pengetahuan tradisional. Pengetahuan tradisional sendiri adalah salah satu Objek Pemajuan Kebudayaan.

Baca Juga: BPNT April 2023 Resmi Dibagikan kepada KPM, Akses Situs cekbansos.kemensos.go.id untuk Cek Info Penerima

Pengetahuan tradisional adalah seluruh ide dan gagasan dalam masyarakat, yang mengandung nilai-nilai setempat sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terus-menerus, dan diwariskan pada generasi berikutnya.

Hingga saat ini, penggunaan busana kebaya sebagai pakaian wanita telah berkembang seiring perubahan zaman, baik dari bentuk desain maupun fungsinya. Busana kebaya terus berkembang dan mengalami modifikasi.

 

Bahkan kini, busana kebaya tidak hanya digunakan untuk acara-acara tertentu saja, tetapi juga dikenakan sebagai busana saat bekerja dengan motif yang beragam dan corak yang modern.

Untuk diketahui bahwa kebaya, salah satu busana tradisional wanita Indonesia ini tengah digaungkan untuk didaftarkan ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) agar tetap lestari dan mendunia.***

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x