Hari Pendidikan Nasional: Asal-usul Jamiat Khair sebagai Pelopor Pendidikan Modern Masyarakat Islam

- 1 Mei 2023, 13:57 WIB
Ilustrasi hari pendidikan nasional 2 Mei.
Ilustrasi hari pendidikan nasional 2 Mei. /Twibbonize/

PR DEPOK - Masyarakat Indonesia memperingati pendidikan nasional setiap 2 Mei. Tanggal 2 Mei merupakan hari kelahiran RM Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada abad 19 akhir.

Ki Hajar Dewantara adalah seorang Pahlawan Nasional dan tokoh pendidikan alternatif pada era Hindia Belanda.

Melalui pendidikan alternatif besutannya, Ki Hajar Dewantara mengembangkan pemikiran logis dan kesadaran nasional.

Baca Juga: Lima Tempat Bakso Terenak di Jatinangor Sumedang, Buka Hari Ini

Alhasil, pendidikan menjadi salah satu medium pengembangan kebangsaan dan perjuangan nasional untuk meraih kemerdekaan Republik Indonesia.

Pendidikan alternatif juga dikembangkan oleh himpunan masyarakat Arab dalam Al-Jamiyat al-Khairiyah atau dikenal dengan nama Jamiat Khair.

Jamiat Khair berdiri di Jakarta pada 17 Juli 1905. Menurut Deliar Noer dalam Gerakan Islam Moderen Islam di Indonesia 1900-1942 (1982) mengatakan bahwa Jamiat Khair bersifat terbuka terhadap seluruh kaum Muslim dengan beragam latar, tetapi mayoritas anggotanya adalah orang Arab.

Baca Juga: Jadwal Esports Timnas Indonesia di SEA Games 2023: Mobile Legends, PUBG Mobile, Valorant, dan Cross Fire

Anggota Jamiat Khair terdiri daripada kaum elite dan berada sehingga memiliki waktu lebih untuk mengelola organisasi tersebut tanpa mengganggu jam kerjanya.

Jamiat Khair memiliki perhatian kepada 2 bidang sosial dan budaya yaitu pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan mengirim pelajar untuk studi ke Turki.

Namun, bidang kedua ini tidak terlalu berdampak kepada dinamika sosial ketika pulang dari Turki sehingga program studi ke luar negeri ini dihentikan oleh Jamiat Khair.

Baca Juga: Info BPNT Mei 2023 Mulai Cair Hari Ini? Cek Nominal Bantuan dan Nama Penerimanya Sekarang

Sekolah dasar besutan Jamiat Khair berdiri pada tahun 1905. Menariknya, sekolah dasar besutan Jamiat Khair ini bukan bersifat religius semata, melainkan sebuah instansi pendidikan yang meliputi sains Barat antara lain berhitung, sejarah (khususnya Islam), dan ilmu bumi.

Bahasa yang digunakan dalam sekolah besutan Jamiat Khair adalah bahasa Melayu (baca: Indonesia) karena bahasa ini merupakan lingua franca di Hindia Belanda, termasuk kalangan anak-anak Arab.

Sekolah ini juga mengadaptasi bahasa Barat sebagai pelajaran bahasa wajib, tetapi bukan bahasa Belanda, melainkan bahasa Inggris.

Baca Juga: Cek Segera PKH Tahap 2 Disalurkan Bulan Mei 2023, Cek Selengkapnya di Link Resmi Kemensos di Sini

Para pelajar di sekolah Jamiat Khair tidak melulu orang-orang Arab, tetapi juga warga Hindia Belanda dari berbagai daerah, salah satunya Lampung.

Sekolah ini juga mengundang guru-guru dari daerah lain dan luar negeri untuk mengajar di tempat ini. Pada 1907 seorang guru dari Padang dengan kemampuan bahasa Melayu dan agama Islam untuk mengajar di Jamiat Khair.

Sedangkan dari luar negeri, Jamiat Khair mengundang Al-Hasjimi, seorang pemberontak terhadap Prancis dari Tunisia untuk menjadi guru di sekolah ini.

Baca Juga: 5 Tempat Makan Bakso di Ciputat Tangerang, Buka Hari Ini

Pada 1911, Al-Hasjimi datang ke Hindia Belanda dan memperkenalkan gerakan Kepanduan dan olahraga di lingkungan Jamiat Khair. Al-Hasjimi adalah pelopor pendirian gerakan kepanduan di kalangan umat Islam di Hindia Belanda.

Pada Oktober 1911, Jamiat Khair mengundang 3 orang guru dari luar negeri antara lain, Syaikh Ahmad Soorkatti dari Sudan, Syaikh Muhammad Thaib dari Maroko, dan Syaikh Muhammad Abdul Hamid dari Mekkah.

Syaikh Ahmad Soorkatti memiliki peranan penting dalam penyebaran gagasan reformis dalam lingkungan masyarakat Islam di Hindia Belanda.

Baca Juga: Cek Segera PKH Tahap 2 Disalurkan Bulan Mei 2023, Cek Selengkapnya di Link Resmi Kemensos di Sini

Sedangkan Syaikh Muhammad Thaib pada 1913 pulang ke Maroko dan Syaikh Muhammad Abdul Hamid pindah ke Jamiat Kahir di Bogor.

Rata-rata gelombang guru-guru asing di Jamiat Khair merupakan rekan dan saudara dari Soorkatti antara lain, Muhammad Noor al-Ansari, Muhammad Abul Fadl al-Ansari (saudara Soorkatti) dan Hasan Hamid al-Ansari, serta Ahmad Al-Awif, khusus untuk Jamiat Khair di Surabaya.

Mereka semua merupakan pengikut gagasan Muhammad Abduh, khususnya Muhammad Noor adalah pelajar di Al Azhar, Kairo, Mesir dan murid langsung dari Muhammad Abduh.

Baca Juga: 21 Twibbon Ucapan Hardiknas 2023 Cocok Dipasang Semarakkan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2023

Jamiat Khair secara institusional tidak terbatas pada Jakarta, tetapi para anggotanya memakai alamat Jakarta karena peraturan pemerintah membatasi kegiatan organisasi ini secara geografis.

Lebih jauh lagi, Jamiat Khair tetap organisasi kecil karena berkembang sangat lambat. Pada 1915, anggota Jamiat Khair hanya 1.000 orang. Lembaga ini mengalami kemunduran hingga sulit bersaing dengan Al-Irsyad yang didirikan oleh oran-orang Jamiat Khair yang keluar.

Padahal, Jamiat Khair adalah organisasi modern pertama dan mengembangkan sekolah modern dalam masyarakat Islam.***

Editor: Dini Novianti Rahayu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x