Sempat Ada di Jurang Keterpurukan, Garuda Indonesia Yakin Bisa Capai 40 Persen dari Pendapatan 2019

- 4 September 2020, 14:34 WIB
PESAWAT Garuda Indonesia.*
PESAWAT Garuda Indonesia.* //PIKIRAN RAKYAT

PR DEPOK - Pandemi Covid-19 pertama kali terdeteksi di Indonesia pada awal Maret lalu terus berimbas pada seluruh sektor dan lini kehidupan masyarakat, tak terkecuali bagi maskapai penerbangan Garuda Indonesia.

Usai mengalami kemerosotan pendapatan hingga harus berjuang untuk tetap hidup dalam menjalani roda perekonomian selama masa pandemi Covid-19, kini Garuda Indonesia harus menjalani adaptasi kebiasaan baru dengan menerapkan protokol kesehatan dalam setiap pelayanannya.

Garuda Indonesia mengaku optimis dapat mengembalikan pendapatan hingga 40 persen dari kondisi normal seperti sebelum kehadiran pandemi. Pengembalian pendapatan itu ditargetkan pada akhir tahun 2020.

Dalam gelaran diskusi daring bertajuk "Panduan Protokol Baru untuk Operasi Bisnis Berkelanjutan: Industri Transportasi Publik", Ade R Susari sebagai Direktur Layanan, Pengembangan Usaha dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia menyatakan bahwa target pendapatan hingga akhir tahun bisa mencapai 40 persen dari keuntungan yang didapatkan pada Desember tahun lalu.

Baca Juga: 4 Motif di Balik Insiden Penyerangan Polsek Ciracas, Jadi Ajang Balas Dendam Hingga Provokasi Hoaks

“Target kita sampai Desember bisa di 40 persen dari revenue (pendapatan) tahun lalu,” tuturnya seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara.

Lebih lanjut Ade menyampaikan bahwa pihaknya juga tengah menyiapkan sejumlah program baru yang bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar dapat kembali melakukan perjalanan.

“September juga kita punya beberapa program lagi. Di bulan lalu kita bisa 7.00 per hari, kita targetkan di September bisa 10.000 per hari sudah bisa tercapai,” tuturnya.

Ade juga mengatkan bahwa meski secara hitungan bisnis masih terbilang belum menguntungkan, Garuda Indonesia terus melakukan berbagai upaya antara lain efisiensi internal perusahaan guna menghemat biaya operasi, penundaan gaji, pemotongan tunjangan dari 10 hingga 50 persen agar perusahaan berada dalam kondisi yang stabil.

Baca Juga: Hendak Dilakukan Pengambilan Darah, Pasien Covid-19 di RSUI Melompat dari Lantai 13 Hingga Meninggal

Selain itu, negosiasi ulang dengan penyewa pesawat, penjadwalan ulang pembayaran bahan bakar avtur pada PT Pertamina, dan sederet upaya lainnya juga terus digalakan agar maskapai penerbangan nasional yang satu ini dapat bertahan melalui pandemi dengan baik.

Lebih lanjut Ade mengungkapkan menurut pandangan para ahli, proses pemulihan Garuda Indonesia yang terdampak pandemi diprediksi membutuhkan waktu yang lama.

“Bagaimana pemulihannya, pada saat ini diprediksi dari pakar maskapai atau situasi pandemi ini melihat situasi kembali ke tahun 2019 saja perlu waktu panjang. Maskapai diperkirakan kembali di angka itu di 2023, cukup lama"

"Tahun ini kita mungkin di angka 40 persen dari revenue kita tahun lalu. Tahun depan mungkin di angka 60 dan 70 persen. Dan kita perlu banyak menentukan strategi untuk melanjutkan operasi,” tuturnya.

Baca Juga: Duka untuk Dunia Sepak Bola, Mantan Menpora Era Orba Abdul Gafur Dikabarkan Wafat di Usia 81 Tahun

Di sisi lain Ade bersyukur, Garuda Indonesia masih tertolong dengan adanya penerbangan domestik meski pada bulan Mei lalu sempat berada di ujung jurang. Saat itu Garuda Indonesia hanya dapat mengoperasikan 30 jadwal penerbangan dalam sehari yang separuhnya adalah penerbangan kargo.

“Saya perbandingkan, di Mei 2019 rata-rata trafik Garuda 400 penerbangan dalam sehari, pada Mei 2020 saat peak paling rendah hanya 30 penerbangan setengahnya pun kargo. Jadi, dampaknya besar, hingga 95,3 persen,” ujar Ade.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x