Daryono lebih lanjut memaparkan bahwa riset ITB tersebut dilakukan dengan skenario gambaran terburuk dari potensi bencana alam.
Baca Juga: 7 Tanaman Langka Selain Raflesia Arnoldi, Salah Satunya Dikenal sebagai Fosil Bisa Hidup 2.000 Tahun
Ia mengatakan bahwa hingga saat ini belum ditemukan alat apapun yang dapat memprediksi dengan pasti dan akurat terkait tempat dan waktu terjadinya gempa.
“BMKG dalam hal ini mengapresiasi hasil tersebut. Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case)"
"Ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami,” ujar Daryono.
Dalam kesempatan tersebut, Daryono juga menyampaikan pentingnya upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah yang konkret demi meminimalisir angka kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa.
“Apakah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi mitigasi, latihan evakuasi (drill), menata dan memasang rambu evakuasi, menyiapkan tempat evakuasi sementara,” kata Daryono.
Baca Juga: Pemerintah Rilis Hasil Revisi Poin di Omnibus Law RUU Cipta Kerja, Salah Satunya Soal TKA
Lebih rinci Daryono menambahkan bahwa langkah mitigasi juga dapat dilakukan dengan membangun bangunan rumah tahan gempa, menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, juga menaikkan performa sistem peringatan dini tsunami.***