PR DEPOK - Hari Raya Galungan dan Umanis Galungan merupakan salah satu hari raya suci yang penting bagi umat Hindu di Bali. Perayaan kedua hari suci ini tak sekadar meliburkan diri dari rutinitas sehari-hari, namun juga menjadi momentum sakral untuk memperkuat keimanan, menjalin hubungan baik dengan sesama, serta mengintrospeksi diri.
Berdasarkan sistem penanggalan kalender Bali, hari raya suci ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Memiliki nama yang mirip, hari raya suci Galungan dan Umanis Galungan memang memiliki keterkaitan yang kuat.
Namun, terdapat sejumlah perbedaan yang menyertai masing-masing hari suci tersebut, baik dari segi makna maupun ritual tradisi yang dilakukan.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo Dorong Stabilitas Harga Pangan Jelang Bulan Ramadhan
Berikut ini adalah sederet informasi untuk mengenal lebih dekat tentang makna dan tradisi unik hari raya Galungan dan Umanis Galungan yang dirayakan oleh umat Hindu Bali.
Mengenal Galungan, Tradisi Merayakan Kemenangan dan Simbol Keharmonisan
Galungan merupakan salah satu hari raya suci yang rutin diperingati oleh umat Hindu Bali setiap 210 hari atau enam bulan sekali. Umat Hindu Bali memaknai Galungan sebagai momentum perayaan kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).
Baca Juga: 6 Bakso Paling Recommended di Cibinong yang Nikmat dan Bikin Nagih Masyarakat Bogor
Makna tersebut berangkat dari mitologi Hindu, yakni ketika Raja Mayadenawa meninggal. Mayadenawa merupakan raja yang sakti, tetapi kental dengan sifat sombong dan jahat yang membuat masyarakat Bali sangat menderita.
Dewa Indra (raja surga) kemudian mengutus para dewa untuk turun ke dunia melawan Raja Mayadenawa. Perang sengit yang terjadi akhirnya membuat Raja Mayadenawa kalah. Sejak saat itu, umat Hindu Bali merayakan Galungan sebagai bentuk perayaan atas menangnya kebaikan.