"Saya lagi di rumah Dubes, kemudian ditelepon Prabowo Subianto untuk pulang. Padahal seharusnya saya masih di sana seminggu lagi," katanya.
Setelah menerima telepon itu, kata dia, akhirnya keesokan harinya ia langsung pulang karena pekerjaannya di Rusia sudah selesai.
Setibanya di Indonesia, tugas pertamanya yakni dirinya diminta untuk membantu berbicara dan mengonsolidasikan koalisi yang saat itu tengah dibentuk pencalonan Prabowo Subianto sebagai capres.
Ia mengaku diminta untuk menghadap beberapa tokoh seperti Amien Rais, Habib Salim, Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, hingga teman-teman dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Baca Juga: Dinilai Lakukan Pelanggaran Berat, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini Diancam Akan Dipenjarakan
Hingga H-4 pendaftaraan capres dan cawapres, Sandia Uno mengtatakan pembicaraan saat itu mengalami kebuntuan. Bahkan hingga H-1 kala dirinya sedang meninjau venue Asian Games pun dirinya masih belum mengetahui hasil akhir siapa yang akan mendampingi Prabowo Subianto.
Pasalanya, Sandiaga Uno mengaku bahwa setiap pihak ingin memunculkan nama untuk mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019 lalu.
Namun setelah diumumkan pada malam harinya, ia melihat semua teman-teman semangat. Dan pada saat itulah, dirinya memutuskan dan sudah berdiskusi juga dengan pihak keluarga.
"Pada saat itulah saya putuskan dan setelah berdiskusi juga dengan keluarga bahwa kita kalau ingin menunjukkan kesungguhan dalam berpolitik harus all out," katanya.
Baca Juga: Joko Widodo Diminta Copot Menteri Manuver untuk Pilpres 2024, PDIP: Hati-hati Kudeta Merangkak!