BPOM Sebut Popularitas Jamu di Indonesia Kian Meingkat Selama Masa Pandemi Covid-19

- 7 November 2020, 07:55 WIB
Ilustrasi jamu tradisional.
Ilustrasi jamu tradisional. //Pixabay

PR DEPOK - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan bahwa saat ini popularitas jamu semakin meningkat.

Peningkatan konsumsi tersebut disebut sebagai upaya meningkatkan daya tahan tubuh di tengah pandemi Covid-19.

Kepala BPOM RI, Penny Kusumastuti Lukito mengatakan bahwa pihaknya telah memberi pembinaan kepada usaha mikro kecil menengah (UMKM) obat tradisional (OT).

Baca Juga: 5 Kabupaten di Sulsel Dinyatakan Masuki Zona Kuning, Tim Penanganan Covid-19: Sudah Terkendali

Hal tersebut menyusul dengan popularitas jamu yang semakin meningkat di tengah pandemi Covid-19.

Dirinya mengungkapkan masyarakat semakin sadar untuk memelihara daya tahan tubuh dengan mengonsumsi jamu.

Di Indonesia sendiri, sebagian besar produsen jamu adalah UMKM.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Sabtu, 7 November 2020 Taurus Disarankan untuk Tidak Mengambil Keputusan Tergesa-gesa

"Tak diragukan lagi, sektor UKM merupakan salah satu penopang utama perekonomian nasional. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini ada sekitar 63 juta UMKM, atau sekitar 99,9 persen dari total pelaku usaha di Indonesia," kata Penny seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA.

Penny menjelaskan bahwa UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja nasional.

"Bahkan, pada tahun 2018 UMKM berkontribusi 61,07 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan begitu, sudah sangat jelas betapa signifikan peran UMKM dalam perekonomian Indonesia," ujarnya.

Baca Juga: Antam dan UBS Naik! Berikut Daftar Harga Emas di Pegadaian Sabtu, 7 November 2020

Dirinya menuturkan pihaknya memberikan dukungan penuh terhadap keberadaan UMKM.

Dukungan itu antara lain diwujudkan dengan memberikan insentif kemudahan melalui berbagai upaya percepatan, penyederhanaan, dan pendampingan intensif kepada UMKM.

"Insentif tersebut diberikan melalui bimbingan teknis dan desk yang bersifat pro-aktif dalam rangka sertifikasi cara pembuatan yang baik," ujarnya.

Baca Juga: Masuki Akhir Pekan, Jawa Barat Kembali Waspada Adanya Potensi Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang

Tidak hanya itu, terdapat pula kemudahan registrasi produk agar dapat memenuhi persyaratan sehingga dapat mendukung percepatan dalam mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE).

Lebih lanjut, pihaknya memberikan keringanan tarif 50 persen atas Penerimaan Negara Bukan Pajak bagi pendaftaran produk usaha mikro kecil (UMK) pangan olahan dan usaha menengah obat tradisional (UMOT).

"Pendampingan berkesinambungan bagi UMKM pangan dan jamu mulai dari hulu hingga hilir sangat penting dilakukan. Namun, BPOM tidak dapat bergerak sendiri, maka dari itu diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak," ucap Penny.

Baca Juga: Jalani Karantina Mandiri, Kim Heechul Absen Saat Perayaan Anniversary Super Junior ke-15

Menurutnya, masih diperlukan berbagai program dukungan bagi UMKM pangan dan jamu agar daya saing produk UMKM dapat terus ditingkatkan agar nantinya dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri bahkan mampu menembus pasar global.

BPOM sendiri juga telah melakukan pendampingan kepada UMKM OT melalui program 'Orang Tua Angkat'.

Hingga kini, ada enam industri OT besar yang akan membantu UMKM OT dalam hal bahan baku, cara produksi yang baik, pemasaran, sampai bantuan fasilitas dan peralatan serta insentif untuk UMKM OT.

Baca Juga: Disebut Kontak dengan Pasien Positif Covid-19, Kim Heechul Jalani Karantina Mandiri

Bantuan fasilitas tersebut berupa pendampingan dalam penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) Bertahap.

Penny mengungkapkan selama masa pandemi ini, untuk layanan juga banyak yang memanfaatkan secara daring sehingga mudah diakses.

Hal itu juga dilakukan sebagai upaya memudahkan layanan dan mendorong peningkatan pemilik UMKM untuk terus berdaya saing.

Baca Juga: Saat Pengamat Tak Hadir, Hakim Tolak Permintaan Timses Donald Trump Hentikan Penghitungan Suara

"Justru banyak yang mengajukan untuk izin edar termasuk obat tradisional selama masa pandemi ini," imbuhnya.

Dirinya berharap dengan pengajuan itu roda perekonomian masyarakat juga semakin bergerak, bahkan ke depannya bisa menembus pasar ekspor.

"Kita harus terus menggerakkan ekonomi dengan produk olahan produksi dalam negeri. Tentunya, hal ini juga menggerakkan ekonomi nasional sekaligus. Kita harus maju ke depannya baik dari sisi kesehatan dan segi ekonomi," kata Penny.

Baca Juga: Hasil Penghitungan Suara Pilpres AS di Georgia, Joe Biden Unggul Sementara dari Donald Trump

Menurut keterangannya, di Kabupaten Kediri juga berpotensi ekonomi cukup baik.

Komoditas perkebunan dan pertanian cukup luas.

Dari hasil tersebut nantinya dapat membuat olahan produk pertanian dalam bentuk pangan olahan.

Baca Juga: Lakukan Perlawanan dan Miliki Senjata Api, Begal Motor di Tangerang Ditembak Mati oleh Polisi

Dengan didampingi BPOM, tentunya akan dibina terkait bagaimana produksi pangan olahan yang bermutu sehingga berdaya saing dan bisa dikirim ke luar daerah termasuk ekspor ke luar negeri.

Pada kunjungan kerjanya ke Kediri itu, Penny juga menyerahkan NIE, Sertifikat CPOTB Bertahap, dan Sertifikat Pemeriksaan Sarana Baru (PSB) secara simbolis kepada pelaku usaha pangan dan pelaku usaha obat tradisional.

Secara keseluruhan, pada Oktober 2020 BPOM telah mengeluarkan 30 NIE untuk tujuh pelaku usaha pangan olahan dan delapan NIE untuk tiga pelaku usaha obat tradisional.

Baca Juga: Targetkan Akhir Tahun, Kemdikbud Akan Rampungkan 150 Skema Sertifikasi Kompetensi Standar Nasional

Badan POM juga mengeluarkan 10 sertifikat CPOTB Bertahap kepada tiga pelaku usaha obat tradisional dan empat sertifikat PSB pangan olahan kepada empat pelaku usaha pangan olahan di Kabupaten dan Kota Kediri.

"BPOM terus berkomitmen dalam mendukung peningkatan daya saing UMKM sebagai bagian dari program nasional buatan Indonesia," tuturnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah