Perlu diketahui, kepercayaan masyarakat Indonesia terkait buaya adalah jelmaan manusia bukanlah hal yang baru di lingkungan masyarakat Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Polisi Lakukan Rekayasa Lalin Jelang Pernikahan Putri Habib Rizieq, Berikut Jalur yang Dialihkan
Seorang ahli sejarah Universitas Negeri Makassar, Taufik Ahmad menjelaskan bahwa orang Bugis dan Makassar memang menjadikan buaya sebagian daripada kehidupan manusia.
Di Kabupaten Bone, menurutnya, buaya dikenali sebagai Tori Salo atau penduduk manusia di sungai.
Sedangkan di Kabupaten Luwu, buaya disebut Ampu Salu atau penguasa sungai, bahkan orang-orang Luwu, kata Taufik, memanggil buaya menggunakan sebutan nenek.
Baca Juga: Tantang Polisi di Media Sosial, Polrestabes Bandung Tangkap Seorang Pria Terkait Ujaran Kebencian
Menurut Taufik, kepercayaan masyarakat Makassar itu muncul sebagai salah satu cara manusia untuk melindungi sungai.
Sementara iu, ahli sejarah lain bernama Andi Achdian, mengatakan bahwa kepercayaan yang dianut masyarakat Makassar itu tidak boleh dilihat dari perspektif rasional dan tidak rasional, dengan kata lain kepercayaan itu tidak dapat disebut benar atau tidak benar.***