Menurut Herry, kondisi tersebut sangat riskan mengingat masih banyak jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui air dengan kondisi sanitasi yang buruk dan dapat menyebabkan kematian.
Baca Juga: Potensi Gelombang Laut hingga 5 Meter, BMKG Keluarkan Status Waspada untuk Pesisir Aceh
Herry mencontohkan, misalnya penyakit diare yang dilaporkan masih menjadi penyakit pembunuh bagi banyak orang yang tinggal di daerah dengan kondisi sanitasi dan higienitas yang kurang baik.
WHO bahkan mencatat bahwa penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari sanitasi yang kurang baik itu merupakan 4,1 persen dari total penyebab kematian di dunia.
"Jadi saya kira ini soal yang sangat serius ketika kita berbicara tentang sanitasi yang layak," ucap Herry.
Baca Juga: E-Parlemen Kini Hadir di DPR, Mudahkan Masyarakat Sampaikan Aspirasinya ke Wakil-wakilnya di Senayan
Lebih lanjut, berdasarkan data dari Dirjen Cipta Karya Kemen PUPR, 7,61 persen rumah tangga di Indonesia masih mempraktikkan kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) di tempat terbuka.
Selain itu, rumah tangga yang menempati hunian dengan akses sanitasi yang layak, menurut data Susenas 2019, adalah sebanyak 77,4 persen, termasuk di dalamnya 7,5 persen sanitasi yang aman.
Herry menilai kondisi sanitasi yang kurang baik yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini tersebut perlu diperbaiki.
Baca Juga: Diiming-imingi Kuasai Ilmu Bela Diri, Seorang Pelatih Silat Tega Cabuli Puluhan Muridnya