Bobrok Persiapan Piala Dunia Qatar Dibongkar, Pekerja Migran 'Disembunyikan' Jika FIFA Datang

11 November 2022, 09:37 WIB
Ilustrasi- Piala Dunia 2022 di Qatar. /REUTERS/Pawel Kopczynski.

PR DEPOK - Menjelang piala dunia yang akan berlangsung di Qatar ternyata menguak sisi lain dari persiapan yang dilakukan oleh negara tersebut.

Sebuah laporan baru-baru ini diungkap oleh kelompok hak asasi manusia, Equidem, ada pelanggaran hak yang dilakukan kepada para pekerja migran.

Pekerja migran yang membangun stadion untuk Piala Dunia di Qatar telah mengalami 'pelanggaran hak0hak buru yang terus-menerus dan meluas'.

Diskriminasi yang terjadi berbasis pada kebangsaan, praktik perekrutan ilegal dan, dalam beberapa kasus upah para buruh tidak dibayar.

Baca Juga: Daftar Pemain Skuad Tim Nasional Brazil untuk Piala Dunia Qatar, Neymar Jr Tetap Jadi Pilihan

Laporan itu juga mendokumentasikan sejumlah kasus praktik yang baik, termasuk saluran yang memadai untuk melampirkan masalah kondisi kerja, akses yang baik ke perawatan kesehatan, langkah-langkah keselamatan, dan kondisi hidup yang layak.

Temuan Equidem menyimpulkan bahwa Qatar telah menjadi lingkungan yang 'gelap' untuk para pekerja stadion.

Ia mengklaim bahwa banyak pekerja yang diwawancarai untuk laporan yang dibuat, buruh mengaku menghadapi eksploitasi yang parah dan dipaksa bekerja dalam ketakutan.

Para buruh mengaku bertahan bekerja dengan melalui iskriminasi berbasis kebangsaan dan kekerasan di tempat kerja, termasuk pelecehan fisik, verbal, dan mental.

Baca Juga: Siapkan Tiket Sekarang! Qatar Mulai Bebaskan Aturan Tes Covid-19 untuk Para Penonton Piala Dunia 2022

Equidem juga menuduh bahwa perusahaan yang mengerjakan konstruksi stadion telah "secara aktif menghindari inspeksi", mengutip seorang pekerja Nepal yang bekerja di stadion Lusail, yang akan menjadi tuan rumah final Piala Dunia.

Ia mengatakan kepada para peneliti dan pekerja dikirim kembali ke kamp sebelum kunjungan dari FIFA.

"Pekerja mulai bersembunyi untuk mendapatkan kesempatan mengadu ke grup FIFA. Kemudian perusahaan mulai memeriksa apakah ada orang yang masih berada di lokasi," katanya dalam laporan.

"Jika ada yang ketahuan bersembunyi, mereka akan dikirim kembali ke rumah atau gajinya dipotong," tuturnya lagi.

Baca Juga: Sepasang Panda Hadiah dari China Tiba di Qatar Menjelang Piala Dunia 2022

Upah yang belum dibayar, kegagalan untuk membayar lembur atau tunjangan akhir layanan serta gaji yang lebih rendah dari yang dijanjikan juga dilaporkan.

Seorang pekerja Bangladeh yang bekerja di sejumlah stadion mengatakan kepada peneliti, ia tidak mengdapatkan upah untuk kerja lemburnya.

"Saya tidak dibayar untuk kerja lembur dan saya bekerja dari jam 6 pagi sampai 6 sore tujuh hari seminggu," ucapnya.

Pada tahun 2014, panitia penyelenggara Piala Dunia lokal menetapkan seperangkat “standar kesejahteraan pekerja” untuk melindungi pekerja di proyek-proyeknya, termasuk akomodasi pekerja yang lebih baik, mekanisme untuk mengajukan keluhan dan skema untuk mengganti biaya perekrutan pekerja.

Baca Juga: Demi Sukseskan Piala Dunia, Warga Sipil Gelar Wajib Militer hingga Qatar Izinkan Bir Disajikan Dekat Stadion

Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas Qatar juga telah memperkenalkan sejumlah reformasi perburuhan, terutama pengenalan upah minimum dan penghapusan sistem kafala, atau sponsor.

Namun, laporan Equidem menunjukkan ada kekurangan yang signifikan dalam pelaksanaan langkah-langkah ini.

“Fakta bahwa penyalahgunaan tenaga kerja yang meluas seperti itu terus berlanjut di tempat kerja yang sangat diatur oleh Qatar, FIFA dan mitra mereka, menunjukkan bahwa reformasi yang dilakukan selama lima tahun terakhir telah bertindak sebagai kedok bagi bisnis kuat yang berusaha mengeksploitasi pekerja migran dengan impunitas,” kata laporan.

Baca Juga: Jadwal Piala Dunia 2022 Qatar dan Jam Kick Off dari Grup A hingga Grup H

Laporan tersebut meminta FIFA untuk membentuk dana kompensasi bagi pekerja yang menderita selama pembangunan stadion.

“Kami memperkirakan ribuan pekerja berutang pemulihan atas tuduhan perekrutan ilegal, upah yang belum dibayar, dan kerugian lainnya. Qatar, FIFA, dan mitra mereka akan menghasilkan miliaran dari turnamen ini, namun para pekerja yang membangun stadion telah dicuri uangnya dan hidup mereka hancur,” kata Mustafa Qadri, direktur eksekutif Equidem.

"Fifa tidak bisa lagi menutup mata dan harus segera menyiapkan dana kompensasi," tuturnya lagi, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari The Guardian.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara FIFA mengatakan bahwa langkah-langkah untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan pekerja Piala Dunia.

Baca Juga: PSSI Gelar Rapat Perdana Satgas Transformasi Sepak Bola Indonesia, Dihadiri 17 Orang Termasuk Perwakilan FIFA

Hal itu meliputi inspeksi independen reguler, langkah-langkah kesehatan dan keselamatan kerja di lokasi, pemeriksaan medis komprehensif dan proyek untuk mengatasi kesehatan dan Covid-19, telah menjadi prioritas penting.

“Kekuatan program ini telah diakui berulang kali oleh para ahli dan serikat pekerja selama bertahun-tahun, mencapai standar internasional tertinggi dalam hal kesehatan dan keselamatan. Kami berhubungan dengan rekan-rekan Qatar kami untuk menilai informasi yang termasuk dalam laporan Equidem,” kata FIFA.

Di sisi lain, Komite tertinggi Qatar, yang menyelenggarakan turnamen, tidak menanggapi permintaan komentar.

Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News Pikiran Rakyat Depok.***

Editor: Rahmi Nurfajriani

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler