"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," ujar Nico
Kejadian penonton saling berhimpitan untuk keluar dipicu oleh tembakan gas air mata yang ditembakan aparat pada pendukung Arema yang berusaha menyerbu lapangan Stadion Kanjuruhan.
Sekitar 3.000 Aremania yang kecewa timnya kalah dengan skor 2-3, memaksa masuk ke lapangan setelah peluit tanda bubar dibunyikan.
Baca Juga: Sering Dijadikan Obat Herbal, Simak 5 Manfaat Jeruk Nipis bagi Kesehatan
Melihat kejadian itu, Polisi menembakan gas air mata yang juga memicu para penonton yang tidak anarkis untuk memaksa keluar dari area stadion Kanjuruhan.
Akhirnya, sekitar 40.000 penonton yang memadati stadion pun terpusat ke satu sisi Stadion untuk mengevakuasi diri.
Tragedi pasca pertandingan BRI Liga 1 antara Arema vs Persebaya pada 1 Oktober 2022 kemarin tercatat sebagai kejadian yang paling banyak memakan korban jiwa di ranah persepakbolaan Indonesia.***