Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas Qatar juga telah memperkenalkan sejumlah reformasi perburuhan, terutama pengenalan upah minimum dan penghapusan sistem kafala, atau sponsor.
Namun, laporan Equidem menunjukkan ada kekurangan yang signifikan dalam pelaksanaan langkah-langkah ini.
“Fakta bahwa penyalahgunaan tenaga kerja yang meluas seperti itu terus berlanjut di tempat kerja yang sangat diatur oleh Qatar, FIFA dan mitra mereka, menunjukkan bahwa reformasi yang dilakukan selama lima tahun terakhir telah bertindak sebagai kedok bagi bisnis kuat yang berusaha mengeksploitasi pekerja migran dengan impunitas,” kata laporan.
Baca Juga: Jadwal Piala Dunia 2022 Qatar dan Jam Kick Off dari Grup A hingga Grup H
Laporan tersebut meminta FIFA untuk membentuk dana kompensasi bagi pekerja yang menderita selama pembangunan stadion.
“Kami memperkirakan ribuan pekerja berutang pemulihan atas tuduhan perekrutan ilegal, upah yang belum dibayar, dan kerugian lainnya. Qatar, FIFA, dan mitra mereka akan menghasilkan miliaran dari turnamen ini, namun para pekerja yang membangun stadion telah dicuri uangnya dan hidup mereka hancur,” kata Mustafa Qadri, direktur eksekutif Equidem.
"Fifa tidak bisa lagi menutup mata dan harus segera menyiapkan dana kompensasi," tuturnya lagi, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari The Guardian.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara FIFA mengatakan bahwa langkah-langkah untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan pekerja Piala Dunia.