Equidem juga menuduh bahwa perusahaan yang mengerjakan konstruksi stadion telah "secara aktif menghindari inspeksi", mengutip seorang pekerja Nepal yang bekerja di stadion Lusail, yang akan menjadi tuan rumah final Piala Dunia.
Ia mengatakan kepada para peneliti dan pekerja dikirim kembali ke kamp sebelum kunjungan dari FIFA.
"Pekerja mulai bersembunyi untuk mendapatkan kesempatan mengadu ke grup FIFA. Kemudian perusahaan mulai memeriksa apakah ada orang yang masih berada di lokasi," katanya dalam laporan.
"Jika ada yang ketahuan bersembunyi, mereka akan dikirim kembali ke rumah atau gajinya dipotong," tuturnya lagi.
Baca Juga: Sepasang Panda Hadiah dari China Tiba di Qatar Menjelang Piala Dunia 2022
Upah yang belum dibayar, kegagalan untuk membayar lembur atau tunjangan akhir layanan serta gaji yang lebih rendah dari yang dijanjikan juga dilaporkan.
Seorang pekerja Bangladeh yang bekerja di sejumlah stadion mengatakan kepada peneliti, ia tidak mengdapatkan upah untuk kerja lemburnya.
"Saya tidak dibayar untuk kerja lembur dan saya bekerja dari jam 6 pagi sampai 6 sore tujuh hari seminggu," ucapnya.
Pada tahun 2014, panitia penyelenggara Piala Dunia lokal menetapkan seperangkat “standar kesejahteraan pekerja” untuk melindungi pekerja di proyek-proyeknya, termasuk akomodasi pekerja yang lebih baik, mekanisme untuk mengajukan keluhan dan skema untuk mengganti biaya perekrutan pekerja.