Kata Fisikawan tentang Nikuba, Benarkah Satu Tetes Air Bisa untuk 50 km?

13 Juli 2023, 09:28 WIB
Nikuba, alat pengubah air menjadi BBM buatan Aryanto Misel. /Antara/Fadzar Ilham Pangestu, Soni Namura, dan Rinto A Navis/

PR DEPOK – Indonesia baru-baru ini dihebohkan oleh alat bernama Nikuba. Nikuba merupakan akronim dari Bahasa Jawa ‘niku bayu’ yang berarti ‘ini air’ dan dirancang oleh Aryanto Misel. Disebutkan bahwa Aryanto Misel telah dikontrak oleh perusahaan otomotif Italia. Padahal, sebelumnya pria asal Cirebon itu diberitakan bersitegang dengan BRIN karena merasa karyanya tidak dihargai.

Faktanya, Aryanto memang sempat pergi ke Italia tetapi tanpa membawa Nikuba. Dia bahkan kecewa dan menyesal telah pergi ke Italia karena di sana tidak ada kontrak seperti yang dia harapkan.

“Saya kecewa karena nggak ada obrolan dan pembahasan jual teknologi Nikuba,” ujarnya.

Lalu, keajaiban fisika apa yang ada di balik teknologi Nikuba?

Baca Juga: Bikin Nagih! Rekomendasi 10 Tempat Makan Bakso Terbaik di Sukoharjo Terlengkap

Menurut penuturan Aryanto Misel, Nikuba mampu mengubah air menjadi bahan bakar untuk menggerakkan kendaraan bermotor. Caranya dengan memisahkan unsur hidrogen (H2) dan oksigen (O2) dari molekul air (H2O) melalui proses elektrolisis. Hidrogen yang telah dihasilkan kemudian dibakar untuk menggerakkan kendaraan bermotor.

Masih menurut Aryanto, kendaraan yang dipasangi Nikuba mampu menempuh perjalanan pulang pergi Cirebon-Semarang hanya dengan 1 liter air. Jarak pulang pergi Cirebon-Semarang adalah sekitar 400 km. Lebih jauh, Aryanto mengklaim bahwa satu tetes air mampu digunakan untuk jarak 45-50 km.

Fajrul Falah, fisikawan lulusan Cardiff University, mengatakan bahwa klaim Aryanto tersebut bombastis dan tidak mungkin berhasil.

Baca Juga: BLT PKH dan BPNT Juli 2023 Bisa Diambil di Kantor Pos, Bagaimana Caranya? Cek Penjelasannya di Sini

“Fisika bilang ini tidak mungkin,” tuturnya di kanal Youtube Fajrul Fx, yang dikutip PikiranRakyat-Depok.com.

Menurut Fajrul, sistem yang digunakan oleh Nikuba memiliki masalah. Masalah tersebut yakni proses elektrolisis yang terjadi di dalam Nikuba membutuhkan energi dari aki motor. Untuk memisahkan (H2) dan (O2) dari 1 liter air dibutuhkan minimal 4,4 kWh. Akibatnya, Nikuba amat bergantung kepada aki motor sebagai sumber energi utama.

“Lama-kelamaan aki motornya akan habis; dan ketika sudah habis, sistem ini sudah tidak berjalan lagi,” lanjut Fajrul.

Baca Juga: Lokasi Samsat Keliling di Wilayah DKI Jakarta pada Kamis, 13 Juli 2023

Problem aki yang tekor ini bahkan akan tetap terjadi meskipun Nikuba berjalan sempurna. Tanpa ada gaya gesek dan tidak ada energi yang ‘hilang’ alias efisiensinya 100 persen.

Padahal, di dunia nyata tidak ada sistem dengan efisiensi 100 persen. Proses elektrolisis biasanya memiliki efisiensi sekitar 70 persen dan efisiensi pembakaran hidrogen adalah sekitar 30 persen. Ini artinya, Nikuba membutuhkan lebih banyak energi dan menghasilkan lebih sedikit energi daripada yang diklaim oleh Aryanto.

“Daripada mencoba meningkatkan efisiensinya yang nanti pun akan mentok, sekalian mending diganti sistemnya,” pungkas Fajrul.***

Editor: Linda Agnesia

Tags

Terkini

Terpopuler