Sisa-sisa Hutan Hujan Berumur 90 Juta Tahun Ditemukan di Bawah Es Antartika

6 April 2020, 13:57 WIB
ILUSTRASI hutan hujan yang tumbuh subur di Antartika Barat sekitar 90 juta tahun yang lalu, ketika dinosaurus hidup di Bumi.* /live Science/

PIKIRAN RAKYAT - Sekitar 90 tahun yang lalu, Antartika Barat merupakan rumah bagi hutan hujan beriklim sedang.

Hal ini dibuktikan melalui akar-akar fosil, serbuk sari, dan spora yang baru-baru ini ditemukan di sana, menurut para ahli.

Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari situs Live Science pada Senin, 6 Maret 2020, menyebutkan bahwa Dunia merupakan tempat yang berbeda 90 juta tahun lalu.

Selama pertengahan periode Cretaceous (65 juta hingga 145 juta tahun lalu), dinosaurus menjelajahi Bumi dan permukaan laut lebih tinggi 558 kaki (170 meter) dibanding saat ini.

Baca Juga: Cek Fakta: Tersiar Kabar 5.000 Ustaz akan Disuntik Corona Sampai Mati, Simak Faktanya 

Suhu permukaan laut di daerah tropis dikatakan sama panasnya dengan 35 derajat Celcius bila dihitung di zaman modern ini.

Iklim yang panas ini memungkinkan hutan hujan yang mirip dengan yang terlihat di Selandia Baru hari ini, berakar di Antartika, kata para peneliti.

Sisa-sisa hutan hujan ditemukan di bawah es di inti sedimen yang ditemukan oleh tim peneliti intenasional dari ahwa laut di dekat Pine Island Glacier di Antartika Barat pada tahun 2017.

Begitu tim peneliti melihat inti sedimen itu, mereka meyakini telah menemukan sesuatu yang tidak biasa.

Baca Juga: Benua yang Hilang Ditemukan di Bawah Kanada, Tersembunyi di Balik Batuan Bertabur Berlian 

Lapisan yang terbentuk sekitar 90 juta tahun lalu berwarna berbeda, "Itu jelas berbeda dari lapisan-lapisan di atasnya," kata ketua peneliti Johann Klages, seorang ahli geologi dari Alferd Wegener Institute Helmholtz Center for Polar and Marine Research di Bremerhaven, Jerman.

Penemuan tersebut kemudian dibawa ke lab dan memasukkan inti sedimen itu ke dalam pemindai CT (computed tomograhpy).

Gambar digital yang dihasilkan menunjukkan jaringan akar padat di seluruh lapisan tanah.

Mereka juga menyebutkan bahwa kotoran juga mengungkapkan serbuk sari kuno, spora, dan sisa-sisa tanaman berbunga dari periode Cretaceous.

Baca Juga: 100 Wartawan Ikuti Rapid Test, Wakil Wali Kota Depok: Ini Misi Kemanusiaan 

Dengan menganalisis serbuk sari dan spora, rekan peneliti studi Ulrich Salzmann, seorang ahli paleoekologi di Universitas Northumbria di Inggris, mampu merekonstruksi vegetasi dan iklim Antartika Barat yang berusia 90 juta tahun di Antartika.

"Banyaknya sisa-sisa tanaman mengindikasikan bahwa pantai Antartika Barat, pada waktu itu, adalah hutan rawa yang beriklim sedang, mirip dengan hutan yang ditemukan di Selandia Baru hari ini," kata Salzmann.

Inti sedimen mengungkapkan bahwa selama pertengahan Zaman Kapur, Antartika Barat memiliki iklim ringan, dengan suhu udara rata-rata tahunan sekitar 12 Celcius, mirip dengan kota Seattle, AS.

Suhu musim panas lebih hangat dengan rata-rata 19 Celcius. Di sungai dan rawa, air akan mencapai hingga 20 Celcius.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Live Science

Tags

Terkini

Terpopuler