530.000 Email dan Password Pengguna Zoom Dijual di Dark Web

15 April 2020, 15:30 WIB
ILUSTRASI kejahatan di internet.* /ALEXAS_FOTOS/PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Sejak pandemi virus corona memaksa masyarakat bekerja dan belajar di rumah, aplikasi video konferensi Zoom tiba-tiba kebanjiran pengguna.

Zoom banyak digunakan sebagai media belajar dan bekerja selama masa karantina di rumah, bukan hanya oleh masyarakat di Indonesia.

Banyak artikel yang melaporkan kejanggalan Zoom. Dalam laporan terbaru, seorang guru Singapura menyatakan kegiatan belajar-mengajarnya terganggu gambar cabul.

Dilansir Pikiranrakyat-depok.com dari NBC News, Zoom kembali berulah sebab diketahui menjual ribuan alamat email lengkap dengan password ke komunitas peretas dark web.

Baca Juga: Cek Fakta: Polisi India Tiba di Indonesia untuk Bantu Tertibkan Masyarakat, Simak Faktanya

Dark web merupakan bagian dari internet yang tidak bisa diakses sembarang orang. Untuk dapat mengakses dark web, dibutuhkan software tertentu yang bisa membuat identitas pengguna menjadi anonim dan tidak dapat dilacak.

Rabu 15 April 2020, Laporan NBC menyebut,  informasi akun pribadi termasuk alamat email, password dan alamat web untuk rapat di Zoom juga diunggah secara bebas dan dijual dengan imbalan uang di dark web.  

Fakta tersebut ditemukan perusahaan keamanan independen yang telah diverifikasi NBC News. Mereka mengaku menemukan satu set data pengguna Zoom yang dijual di dark web. Setidaknya, ada 530.000 set akun pengguna Zoom yang dijual.

Baca Juga: Imbas PSBB Depok, Pasutri yang Berboncengan Terpaksa Keluarkan Buku Nikah

Sementara itu, pengelola Zoom menolak menjelaskan secara spesifik bagaimana informasi pengguna mereka bisa bocor.

Akan tetapi, banyak alamat email yang tercantum di sana merupakan bagian dari pelanggaran data sebelumnya. Data tersebut sering dijual dan dikemas ulang para peretas.

"Zoom menganggap serius keamanan pengguna," kata juru bicara Zoom sebagaimana dilaporkan NBC News.

"Kami terus menyelidiki, mengunci akun yang mencurigakan, meminta pengguna untuk mengubah kata sandi mereka agar data mereka tetap aman. Sekarang, kami tengah menerapkan teknologi tambahan sebagai upaya perlindungan," tutur dia.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Coba 2 Resep Kekinian Berbahan Dasar Kentang ala Netizen

Dengan mengunggah data pengguna, orang lain dapat ikut mengakses ruang pribadi seseorang dan mempublikasikan apa yang terjadi di ruangan itu.

Bahkan, mereka dapat mengundang pengguna lain untuk bergabung di ruangan dan bersikap seolah dia bukan penyusup, melainkan tuan rumah.

Hal itu membuka kesempatan bagi para peretas yang mengeksploitasi data para pengguna Zoom. Caranya bisa beragam. Misalnya, mengirimkan malware melalui undangan Zoom.

Salah satu Forum peretas membahas pengguaan alat yang disebut sebagai Open Bullet. Alat itu memungkinkan peretas mengakses satu set data pengguna Zoom seperti nama pengguna dan password yang mereka gunakan.

Sejumlah pakar telah mengingatkan soal minimnya keamanan Zoom yang sedang viral saat ini sebab orang-orang yang melakukan karantina mandiri melakukan kegiatan seperti bekerja dan belajar menggunakan Zoom.

Tesla, SpaceX Elon Music, dan Google bahkan telah melarang penggunaan Zoom untuk rapat internal perusahaan.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: NBCNews

Tags

Terkini

Terpopuler