Perubahan nama itu terjadi ketika perusahaan media sosial terbesar di dunia itu melawan kritik dari pembuat undang-undang dan regulator atas kekuatan pasarnya, keputusan algoritmik, dan pemolisian pelanggaran pada layanannya.
Pihak Facebook menjelaskan bahwa nama baru itu mencerminkan pekerjaannya yang berinvestasi di metaverse, daripada layanan media sosial senama.
Baca Juga: Sergio Ramos Masih Belum Bermain, PSG Pertimbangkan Opsi Pemutusan Kontrak Dengannya
Terinspirasi dari istilah metaverse dalam novel dystopian "Snow Crash", Meta merujuk secara luas pada gagasan tentang dunia virtual bersama yang dapat diakses oleh orang-orang yang menggunakan perangkat yang berbeda.
"Saat ini, merek kami terkait erat dengan satu produk sehingga tidak mungkin mewakili semua yang kami lakukan hari ini, apalagi di masa depan," kata Zuckerberg.
Dengan demikian, pengubahan nama menjadi Meta dimaksudkan untuk menyatukan berbagai aplikasi dan teknologi di bawah satu merek baru, tetapi tidak akan mengubah struktur perusahaannya.
Tahun ini, Meta akan menciptakan tim produk yang berfokus pada metaverse dan baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mempekerjakan 10.000 karyawan di Eropa selama lima tahun ke depan untuk mengerjakan upaya tersebut.
Sementara itu, terkait kontroversi terbaru yang berawal dari laporan dan mantan karyawan Facebook Frances Haugen yang membocorkan dokumen bahwa Facebook lebih fokus pada keuntungan perusahaan daripada keamanan pengguna turut ditanggapi Mark Zuckerberg..
Mark Zuckerberg mengatakan bahwa dokumen itu digunakan untuk menunjukkan "gambaran palsu."