Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2021 Bisa Lebih Sulit dari Krisis 98, Rizal Ramli Ungkap Alasannya

25 Desember 2020, 16:04 WIB
Ekonom senior, Rizal Ramli. /Twitter.com/@RamliRizal.

PR DEPOK - Baru-baru ini, ekonom senior, Rizal Ramli menyoroti soal kondisi ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020.

Dikatakan Rizal bahwa kondisi ekonomi di Indonesia sepanjang tahun 2020 jauh dari kata berhasil.

Dia juga menyebutkan bahwa kegagalan ekonomi juga diakibatkan karena strategi yang dikembangkan Mentei Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.

Baca Juga: Sehari Jadi Mensos, Tri Rismaharini Ungkap Akan Hapus Semua BLT dan Gantikan dengan Program Ini

Hal tersebut diungkapkan Rizal saat berbincang dengan politisi Partai Gerindra, Fadli Zon di satu video yang diunggah di kanal YouTube Fadli Zon, Kamis 24 Desember 2020 kemarin.

Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, Rizal memprediksi bahwa kondisi ekonomi yang dialami Indonesia di tahun ini akan berlanjut pada tahun 2021 mendatang.

Bahkan, dikatakan Rizal, kondisi ekonomi di tahun 2021 bisa saja lebih sulit dari krisis ekonomi pada tahun 1998 lalu atau krisis moneter 98.

Adapun alasan dirinya mengatakan hal tersebut lantaran faktor Covid-19 yang menyebabkan penurunan produktivitas di semua sektor ekonomi serta sulitnya transaksi uang tunai menjadi penyebab.

Baca Juga: Respons Amien Rais Minta Jokowi Mundur, Dewi Tanjung Justru Singgung Nazarnya Saat Pilpres, Apa Itu?

"Kita akan menghadapi kesulitas cashfull dan dampak dari krisis multidimensi. Ini akan lebih gawat daripada tahun 1998. Tahun 1998 krisis moneter, karena kebanyakan utang," ujar dia.

Lebih lanjut, Rizal memberikan contoh dari krisis ekonomi Indonesia yang tengah terjadi saat ini, salah satunya banyak mahasiswa yang tidak sanggup membayar uang kuliah.

"70 persen mahasiswa di seluruh Indonesia tak mampu bayar uang kuliah. Saya aneh kok masalah begini aja pemerintah gak bisa selesain," katanya.

Selain faktor tersebut, Rizal mengatakan faktor lainnya yang menjadikan krisis 2021 lebih para dari 1998 karena kebijakan pro utang yang diterapkan oleh Menkeu Sri Mulyani, di mana untuk membayar bunga harus pinjam atau utang lagi.

Baca Juga: Usai Said Didu Minta Maaf, Muannas Alaidid: Tetap Tidak Memengaruhi Proses Hukum

"Itu untuk bayar bunga itu, kita harus ngutang lagi, sehingga terjadi negatif flow," katanya menambahkan.

Padahal, kata Rizal, tidak ada Menkeu di negara lain yang bersedia membayar bunga yang lebih tingggi dan justru bersusah payah agar bisa membayar bunga yang lebih rendah.

***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: YouTube Fadli Zon Official

Tags

Terkini

Terpopuler