Morgan Stanley Keluar dari Indonesia Disinyalir karena Penanganan Kasus Jiwasraya dan Asabri

- 30 Mei 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi pasar saham.
Ilustrasi pasar saham. /3844328/Pixabay

PR DEPOK - Morgan Stanley Sekuritas Indonesia keluar dari pasar saham Indonesia diduga akibat penegakan kasus hukum di sini tidak sesuai harapannya seperti kasus Jiwasraya dan kasus Asabri.

“Perusahaan skala global menarik diri dari pasar saham bisa menjadi sinyal penegakan hukum harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak mengganggu perekonomian dan dunia usaha,” kata pengamat hukum dari Universitas Al-Azhar (UAI), Suparji Ahmad dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Minggu, 30 Mei 2021.

Sebelumnya, tiga perusahaan keuangan global telah hengkang dari Indonesia yaitu Merrill Lynch, Deutsche Bank Securities dan Nomura Sekuritas Indonesia. Ketiga perusahaan ini bergerak dalam bisnis jual-beli saham di Tanah Air.

Baca Juga: Pecahkan Rekor Dunia, Veddriq Leonardo: Kami dari Awal Tidak Menargetkan Juara

Suparji berharap perusahaan keuangan global tidak cabut dari Indonesia akibat penegakan hukum di sini tidak dilakukan pemerintah secara tegas. Selain itu juga mesti dilakukan dengan adil dan trasparan.

"Maka perlu jaminan penegakan hukum yang adil dan transparan untuk mengembalikan kepercayaan para investor untuk menanamkan modal di Indonesia," tuturnya.

Pemerintah juga mesti memperhatikan aspek ekonomi supaya psikologis dunia usaha tidak terganggu. Sebelumnya, Morgan Stanley Sekuritas Indonesia mengumumkan penghentian kegiatan perantara perdagangan efek (PPE) di Indonesia.

Baca Juga: Kemenko PMK Lanjutkan BST hingga Juni 2021, Sindiran HNW: Mensos Risma Seharusnya Malu

Langkah ini telah lebih dulu dilakulan Merrill Lynch Sekuritas Indonesia dan Citibank Indonesia. Kemudian, Deutsche Bank Sekuritas Indonesia dan Nomura Sekuritas Indonesia juga mengumumkan mengurangi bisnis jual beli saham di Indonesia.

"Maka perlu jaminan penegakan hukum yang adil dan transparan untuk mengembalikan kepercayaan para investor untuk menanamkan modal di Indonesia," katanya.

Walaupun demikian, Citibank Indonesia hanya mengumumkan Citigroup Inc hanya keluar dari bisnis consumer banking di 13 negara termasuk Indonesia.

"Penyegaran strategi oleh Citi ini akan menciptakan peluang besar bagi kami untuk menawarkan nilai proposisi yang berbeda dan unik kepada para klien kami, saat kami memasuki fase baru pertumbuhan dan transformasi yang berfokus pada bisnis perbankan institusional kami," ujar Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia.

Baca Juga: 5 Pemain Spanyol paling Bernilai di Eropa, Mulai dari Marcos Llorente hingga Ansu Fati

Citigroup melayani 90% dari 20 perusahaan terbesar di Indonesia yang meraup dana sebesar US$10 miliar pada tahun lalu.

"Tidak akan ada perubahan langsung pada operasi kami di Indonesia, dan tidak ada dampak langsung terhadap para karyawan kami setelah pengumuman ini," ucapnya.

Jane Fraser, CEO Citi mengungkapkan bisnis consumer akan fokus di Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) pada empat global wealth center. Jadi, perusahaan ini akan keluar dari bisnis consumer banking di 13 negara, termasuk Indonesia.

"Kami akan mengoperasikan waralaba perbankan konsumen kami di Asia dan EMEA hanya dari empat pusat kekayaan yaitu Singapura, Hong Kong, UEA, dan London. Ini memposisikan kami untuk menangkap pertumbuhan yang kuat dan pengembalian menarik yang ditawarkan bisnis manajemen kekayaan melalui pusat-pusat penting ini," ucapnya.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x