Soal Green Economy, Bank Indonesia: Dibutuhkan Dana Rp3.500 Triliun tuk Dukung Infrastruktur dan Aktivitasnya

- 9 Desember 2021, 15:29 WIB
Ilustrasi logo Bank Indonesia.
Ilustrasi logo Bank Indonesia. /Reuters/Iqro Rinaldi

PR DEPOK – Yani Setiawan selaku Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) menjelaskan bahwa bank sebagai penyedia dana untuk usaha akan menjadi kunci keberhasilan green economy.

Menurutnya, perbankan mempunyai peran penting dalam keberhasilan transisi tersebut.

“Perbankan sebenarnya memainkan peran yang sangat penting dalam transisi hijau karena penyaluran dana dari perbankan mempengaruhi kapasitas dan potensi sektor yang dibiayainya,” kata Yanti sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Antara pada 9 Desember 2021.

Baca Juga: Rizky Billar Baru Lakukan Persiapan Melahirkan Usai Kandungan Lesti Kejora Lewat 7 Bulan, Ternyata Karena Ini

Kebijakan makroprudensial berbasis keuangan hijau dari BI akan diarahkan kepada transisi aset perbankan ke portofolio yang mendukung green economy.

Selain itu, perbankan melakukan penyesuaian suku bunga kredit bagi perusahaan yang akan memulai proyek berbasis green economy.

Pihak BI menjelaskan bahwa transisi hijau harus dimasifkan sebagai bentuk komitmen transisi hijau di global yang berdampak pada Indonesia.

Baca Juga: Perbedaan Pilek dan Flu yang Harus Anda Ketahui, Jangan Salah Diagnosa!

Seperti halnya pemutusan kontrak dari perusahaan global terhadap perusahaan Indonesia yang tidak memenuhi unsur standar lingkungan hijau.

Tak hanya itu, Uni Eropa dan global juga yang menyatakan bahwa kelapa sawit dari Indonesia belum memenuhi standar NDPE atau nol deforestasi, nol gambut, dan nol eksploitasi.

Namun, peluang investasi di Indonesia khususnya green economy sangat berpeluang baik terhadap ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Rekor Mentereng Timnas Garuda atas Timnas Kamboja dalam Berbagai Event Internasional

“Setidaknya dibutuhkan dana sekitar Rp3.500 triliun untuk mendukung infrastruktur dan aktivitas ekonomi hijau dan ini artinya hampir separuh dari existing kredit perbankan kita sekarang,” ujar pihak Bank Indonesia.

Adapun biaya tersebut jika hanya ditanggung oleh perbankan untuk membiayai pembiayaan transisi ke green economy selama 8 tahun ke depan dinilainya hanya akan memberatkan kinerja perbankan.

Hal tersebut membuat peluang terhadap investasi di bidang green economy terbuka sangat besar dan optimis.

Baca Juga: Bayern Munchen kirim Barcelona ke Europa League, Ini kata Thomas Muller

Dalam hal green economy, Bank Indonesia sangat concern terhadap perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang dapat merusak fisik dan risiko transisi.

Untuk risiko fisik berupa gangguan supply chain yang berdampak kepada stabilitas moneter dan SSK, serta risiko transisi adalah risiko yang muncul dalam upaya menuju emisi nol karbob akibat menunda pencapaian rendah karbon dan risiko transisi berupa penurunan harga aset dan SSK, risiko eksternal, ketidakpastian suplai dan harga energi.

Kendati demikan, Bank Indonesia telah memiliki kerangka kebijakan green economy, di antaranya penguatan kebijakan makroprudensial hijau, pendalaman pasar uang hijau, pengembangan ekonomi dan keuangan inklusif hijau, serta transformasi kelembagaan BI hijau.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x