PR DEPOK - Harga emas naik karena terdapat perbedaan antara ekspektasi pasar dan kenyataan. Data inflasi Amerika Serikat (AS) pada bulan Januari melampaui perkiraan, yang mengindikasikan bahwa harga yang diterima oleh produsen barang dan jasa domestik naik 0,3 persen.
Hal ini merupakan kenaikan terbesar sejak bulan Agustus. Tingginya inflasi ini mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan Federal Reserve, bank sentral AS, yang kemungkinan besar tidak akan menurunkan suku bunga sebelum bulan Juni.
Dalam situasi di mana suku bunga tetap tinggi, dolar AS melemah, dan harga emas naik karena emas dihargai dalam dolar AS. Oleh karena itu, data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan memicu kenaikan harga emas.Data Inflasi AS Menggoyang Pasar
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman bulan April naik 0,46 persen menjadi ditutup pada 2.024,10 dolar AS per ounce, setelah sebelumnya turun 9,20 dolar AS atau 0,46 persen.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (16/2) bahwa indeks harga produsen AS naik 0,3 persen pada bulan Januari, mengalami kenaikan terbesar sejak Agustus.
Data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan ini meningkatkan ekspektasi pasar terhadap Federal Reserve yang kemungkinan besar tidak akan menurunkan suku bunga sebelum Juni, melemahkan dolar AS, dan mendukung kenaikan harga emas.
Baca Juga: Viral di Medsos, Data Perolehan Suara Antara PPLN Kairo dengan KPU Berbeda?
Federal Reserve Tidak Akan Segera Menurunkan Suku Bunga
Wakil Ketua Pengawasan Federal Reserve, Michael Barr, menyatakan bahwa Federal Reserve perlu melihat lebih banyak data yang menunjukkan inflasi kembali ke angka 2 persen sebelum mulai menurunkan suku bunga. Barr mendukung pendekatan hati-hati Ketua Fed Jerome Powell terhadap penurunan suku bunga.