Masih Dipicu Optimisme Vaksin Covid-19, Harga Minyak Dunia Lanjutkan Penguatannya

- 11 November 2020, 09:59 WIB
Ilustrasi Kilang Minyak (pixabay.com)
Ilustrasi Kilang Minyak (pixabay.com) /

PR DEPOK - Harga minyak dunia kembali mengalami perubahan terbarunya yang disebabkan oleh sejumlah faktor.

Minyak mentah jenis Brent misalnya untuk pengiriman Januari naik 1,21 dollar AS atau 2,9 persen ke level 43,61 dollar AS per barel di London ICE Futures Exchange pada akhir perdagangan Selasa, 10 November 2020 waktu setempat atau Rabu, 11 November 2020 WIB pagi.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turut mengalami kenaikan 1,07 dollar AS atau 2,7 persen ke level 41,36 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange pada sesi perdagangan yang sama.

Baca Juga: Diskominfo Jawa Barat dapat Penghargaan dari BSSN, Setiaji: Ada Banyak Syarat yang Harus Dipenuhi

Kenaikan harga minyak dunia yang terjadi pada saat ini dipicu harapan bahwa vaksin Covid-19 segera hadir melebihi kekhawatiran tentang penurunan permintaan bahan bakar dari karantina wilayah baru untuk mencegah penularan virus.

Harga minyak dunia kembali melonjak pada Selasa, 10 November 2020 petang setelah Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat Anthony Fauci mengatakan dosis vaksin akan tersedia untuk orang-orang dengan prioritas tertinggi pada Desember 2020 mendatang.

"Ini menyiratkan bahwa suatu saat di tahun depan, orang mungkin dapat pergi berlibur yang berarti kami akan melihat permintaan bahan bakar yang lebih besar untuk bahan bakar jet," kata Direktur Energi Berjangka di New York, Bob Yawger seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari Kantor Berita ANTARA.

Baca Juga: Temui Habib Rizieq, Anies Baswedan Tak Bahas Soal Politik

Namun, peluncuran massal vaksin diperkirakan akan memakan waktu hingga beberapa bulan mendatang dan harus melalui proses persetujuan administrasi keamanan yang cukup panjang.

Sementara itu, karantina wilayah yang kembali diterapkan di Eropa dan meningkatnya kasus virus corona di Amerika Serikat masih menganggu permintaan bahan bakar.

Halaman:

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah