PR DEPOK – Psikolog Lita Gading turut komentari kemunculan Saipul Jamil di layar kaca.
Dia menganggap bahwa penyambutan Saipul Jamil pada beberapa hari lalu merupakan tindakan yang berlebihan.
Pasalnya, kasus yang menjerat Saipul Jamil ini bukan tindak pidana biasa, melainkan kejahatan seksual.
Selain psikolog Lita Gading, banyak pihak juga yang mengecam keras hingga memboikot Saipul Jamil agar tak diundang di semua stasiun televisi.
Sampai dengan saat ini diketahui petisi boikot Saipul Jamil telah tembus lebih dari 300.000 tanda tangan.
Lita sangat menyayangkan hal tersebut, lantaran akibat perbuatan Saipul Jamil sampai dengan saat ini masih ada orang yang merasakan trauma mendalam.
Selanjutnya Lita Gading menegaskan jika sah saja pihak keluarga melakukan penyambutan, namun tidak untuk publikasi.
“Itu untuk internal, tapi tidak untuk dipublikasi, karena ini menyangkut dengan hal apa, ada orang yang tersakiti,” ujar Lita Gading.
Baca Juga: Sempat Bela Saipul Jamil, Kini Inul Daratista Minta Maaf: Manusia Tak Ada yang Sempurna
Sebagaimana dilihat Pikiranrakyat-Depok.com dari kanal YouTube Cumicumi, Lita mengaku heran karena pelaku kejahatan seksual diberi sambutan semewah itu.
Lita juga mengaku jika mendapatkan hujatan dari beberapa fans Saipul Jamil atas komentarnya.
Dengan hal tersebut Lita menegaskan bahwa fans Saipul Jamil ini membenarkan dan telah membela orang yang salah.
Ia mengkahwatirkan jika hal ini akan berdampak bagi masyarakat yang masih awam.
Selanjutnya Lita Gading juga mengatakan, seseorang yang telah berorientasi dalam kasus seksual tidak akan sembuh dalam waktu yang singkat.
Maka dari itu dirinya menegaskan jika masih ada kemungkinan besar Saipul Jamil kembali menjadi predator.
“Kemungkinan untuk dia (Saipul Jamil) bisa kambuh lagi menjadi predator itu kemungkinannya 90 persen,” ujar Lita.
Selain itu, Lita Gading juga mengingatkan kepada para artis yang ingin menunjukan rasa solidaritasnya agar tidak mempublikasikan di media.
Tujuannya untuk menghargai perasaan korban, karena menurut Lita orang yang mengalami rasa trauma tidak bisa sembuh dalam waktu yang singkat.
Kemungkinan terburuknya, korban tidak akan lupa kejadian yang telah menimpanya hingga ia jadi pelaku predator selanjutnya.***