Tuai Kontroversi, Kritikus Film hingga MUI Buka Suara Soal Film Kiblat

26 Maret 2024, 18:00 WIB
Poster film Kiblat /Tangkap layar Instagram.com/@filmkiblat

PR DEPOK - Kabarnya bahwa film Kiblat kini telah menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir, karena cerita dalam film ini menyulut kontroversi di kalangan masyarakat. Kritikan keras datang dari sejumlah umat Islam, termasuk Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah, Cholil Nafis, yang mengecamnya sebagai kampanye hitam terhadap ajaran agama.

Kritik terhadap film-film horor Indonesia belakangan ini semakin menguat, dengan pandangan bahwa beberapa di antaranya cenderung mengarah pada eksploitasi agama demi meraup keuntungan semata. Belum ada pernyataan resmi dari sutradara Bobby Prasetyo atau rumah produksi Leo Pictures terkait kecaman tersebut.

Dilansir dari BBC, Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Ervan Ismail, menyatakan bahwa Kiblat belum lulus sensor dan masih dalam tahap peninjauan, sehingga harus dikembalikan ke rumah produksi. Meski demikian, dia menambahkan bahwa pihak LSF telah memberikan banyak catatan terkait film ini.

Baca Juga: Satu Adonan Ini Bisa Jadi 6 Kue Kering Buat Lebaran, Cookies Viral Anti Gagal!

Kritik Terhadap Film Kiblat

Film Kiblat mendapat kritik karena dianggap tidak mendidik dan menistakan agama. Adegan kontroversial seperti tubuh tokoh utama yang membalik saat rukuk menjadi sorotan.

Kritik juga datang dari Gina S Noer terhadap film-film horor Indonesia bertema agama yang dinilainya sudah masuk ke ranah eksploitasi agama.

Gina membandingkannya dengan film horor Korea Selatan berjudul Exhuma yang dianggapnya lebih memiliki pesan yang kuat.

Menurut Gina, film-film horor yang menggunakan elemen agama seharusnya tidak hanya untuk menciptakan ketegangan dalam film, tapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap pemirsa, terutama dalam hal keagamaan dan ketakwaan.

"Kebanyakan film horor menggunakan shalat, doa, zikir, dan lain-lain cuma jadi plot devices murahan untuk jumpscare karakternya diganggu setan," ucapnya dalam unggahan di Instagram.

Baca Juga: Ketua KPU Terbukti Bersalah Soal Penggelembungan Suara Golkar, Ini Kata Bawaslu

Menyinggung Agama atau Eksploitasi Komersial?

Polemik film Kiblat tidak berhenti hanya pada kritik dari sineas dan warganet, namun juga mencuat ke level tokoh agama. Ketua MUI Bidang Dakwah, Cholil Nafis, menyatakan bahwa film ini seharusnya tidak boleh tayang di bioskop karena dianggap menyinggung ajaran agama.

Meskipun Cholil Nafis mengakui belum mengetahui isi film, namun poster yang menurutnya seram sudah cukup menjadi sorotan. Ia menegaskan bahwa film-film yang menggunakan agama hanya untuk kepentingan komersial harus dilawan.

Di sisi lain, kritikus film Hikmat Darmawan menyoroti tren film-film horor Indonesia yang menggunakan unsur agama sebagai plot untuk menciptakan ketegangan, namun seringkali tidak didasari riset yang baik.

"Gambarnya seram kok, judulnya kiblat ya," ucapnya seperti yang diunggah di Instagram.

"Saya buka-buka arti kiblat hanya ka'bah, arah menghadapnya orang-orang shalat. Kalau ini benar sungguh film ini tak pantas di edar dan termasuk kampanye hitam terhadap ajaran agama maka film ini harus diturunkan dan tak boleh tayang," sambungnya.

Cholil Nafis juga melontarkan kritik kepada rumah produksi Leo Pictures yang disebutnya.

"Acapkali menggunakan promosi sensitif dan kontroversi agar menarik perhatian dan banyak penonton". kata Cholil.

Sutradara Joko Anwar juga menekankan pentingnya memperlakukan agama dengan hormat dalam pembuatan film, dan menilai bahwa MUI sebaiknya menonton film terlebih dahulu sebelum memberikan komentar atau keputusan terhadapnya.

Baca Juga: Rekomendasi Tempat Makan Gudeg dan Lontong Opor di Blora Kuah Creamy

Joko, Sutradara yang Mengedepankan Riset dan Konsultasi dalam Pembuatan Film

Joko, seorang sutradara Indonesia yang dikenal akan karya-karyanya yang penuh makna dan mendalam. Salah satu prinsip utamanya dalam membuat film adalah mengedepankan riset yang mendalam dan konsultasi dengan ahli agar pesan yang ingin disampaikan dalam filmnya sesuai dengan nilai dan ajaran agama.

Joko selalu melakukan riset yang mendalam dan berkonsultasi dengan ahli agama untuk memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan dalam filmnya sesuai dengan ajaran agama.

Dia juga mengkritisi beberapa film horor Indonesia yang cenderung melakukan eksploitasi terhadap agama, meskipun tidak semua film horor memiliki kecenderungan tersebut.

"Misalnya, dalam film saya Pengabdi Setan ada adegan sholat yang diganggu makhluk astral. Tapi jelas pesannya, dia diganggu karena tujuan dia shalat karena takut setan, bukan untuk berserah diri kepada Allah," tuturnya.

Menanggapi permintaan pejabat MUI yang tidak ingin film Kiblat tayang, Joko menyatakan bahwa MUI berhak untuk menyuarakan pendapatnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama dalam masyarakat.

Namun, Joko juga berpendapat bahwa sebaiknya MUI menonton film tersebut terlebih dahulu agar dapat memberikan masukan yang lebih tepat berdasarkan isi film tersebut.

Baca Juga: Syarat dan Alur Pendaftaran Rekrutmen Bersama BUMN 2024, Lulusan SMA/SMK Bisa Melamar

Kisah Kontroversi Film Kiblat, Masih Belum Lulus Sensor

Film Kiblat yang diproduksi oleh Leo Pictures belum lulus sensor menurut Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Ervan Ismail. Beberapa materi dalam film tersebut masih dalam tahap peninjauan oleh LSF, termasuk adegan yang perlu diperbaiki dari sisi CGI atau efek khusus, serta masalah-masalah sensitif yang tidak dapat diungkapkan secara detail karena kerahasiaan.

Trailer maupun poster film ini sudah dinyatakan lulus sensor dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Meskipun demikian, terdapat kemungkinan pandangan yang berbeda terhadap tampilan poster tersebut.

LSF sedang memberikan perhatian yang tinggi pada film Kiblat dan akan mencari jalan keluar terbaik terkait nasib film tersebut, apakah akan lulus sensor setelah dilakukan perbaikan-perbaikan atau tidak. LSF dan pemilik film akan berdialog untuk menangkap dinamika yang berkembang.

Kritikus film, Hikmat Darmawan, berharap LSF tidak melarang film ini tayang di bioskop. Jika ada koreksi yang perlu dilakukan terhadap eksploitasi agama dalam film, sebaiknya dibicarakan oleh ahlinya.

Industri film melibatkan banyak orang yang mencari penghidupan, sehingga larangan terhadap film tersebut dapat berdampak pada perekonomian banyak pihak.

"Jadi jangan buru-buru diboikot dan semua film horor dimusuhi," tuturnya.

"Kalau ada adegan yang tidak sesuai, bisa dipotong," sambungnya.

"Negara harus melindungi kebebasan berekspresi kalau sebuah film sudah dinyatakan lulus sensor," pungkasnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: BBC

Tags

Terkini

Terpopuler