Lihat postingan ini di Instagram
Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Negara Palestina Telah Dihapus Google dari Peta Dunia
Sapardi Djoko Damono berkarya dalam dunia sastra Indonesia sejak tahun 1950-an hingga kini. Puluhan karya turut dihasilkannya.
Dari puluhan puisi dan cerita pendek, terdapat beberapa karya yang terngiang-ngiang di telinga pecinta sastra Tanah Air yakni "Yang Fana Adalah Waktu", "Aku Ingin", dan "Hujan Bulan Juni".
"Aku ingin mencintaimu sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu sederhana. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada," sepenggal puisi "Aku Ingin".
Baca Juga: Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia di Usia ke-80 Tahun, Hujan Air Mata di Bulan Juli
"Yang fana adalah waktu. Kita abadi: memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga. Sampai pada suatu hari, kita lupa untuk apa. 'Tapi yang fana adalah waktu, bukan?' tanyamu. Kita abadi," sepenggal puisi "Yang Fana adalah Waktu".
"Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, dirahasiakannya rintik rindunya, kepada pohon bebrunga itu. Tak ada yang lebih bijak dari hujan di bulan Juni, dihapuskannya jejak-jejak kakinya, yang ragu-ragu di jalan itu. Tak ada yang lebih arif dari Hujan di bulan Juni, dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu," sepenggal puisi "Hujan Bulan Juni".***