Dalam cerita berjudul "The Aspiration for 'Cha-Ka-Ta-Pa'", cerita tersebut berlatar di masa depan Korea di mana bunyi-bunyian ledakan dalam bahasa Korea telah lama menghilang. Layaknya seorang aktor yang memerankan tokoh sejarah, tokoh utama harus memainkan karakter yang berlatar belakang pada era di mana bunyi-bunyian ledakan masih ada.
Bae mengungkapkan bahwa inspirasi untuk cerita ini muncul dari pandemi yang membawa perubahan menuju "normal baru". Oleh karena itu, ia merenungkan hal-hal apa saja yang mungkin berubah dalam kehidupan sehari-hari kita, termasuk bahasa.
Bae menghapus semua bunyi-bunyian ledakan dari kalimat-kalimat tersebut dan mengubah kata "pingye" (kata dalam bahasa Korea yang berarti alasan) menjadi "bingye" atau "tablet" menjadi "dablet".
"Kami sekarang menjadi lebih peka terhadap risiko penularan melalui droplet, dan kita menjadi terbiasa berbicara dengan menggunakan masker. Saya juga membayangkan bagaimana jika semua bunyi ledakan itu menghilang," ungkap Bae.
"Saya membaca ulasan buku yang ditulis tanpa bunyi-bunyian ledakan tersebut. Rasanya sangat menyenangkan membayangkan pembaca menikmati karya ini tanpa gangguan bunyi-bunyian ledakan tersebut, sama seperti saat saya menulisnya," ungkapnya.
Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sung Ryu, yang juga menerjemahkan novel "Tower" karya Bae.
Bae juga berbagi pandangannya tentang bagaimana penulis fiksi ilmiah dengan karirnya selama 18 tahun membayangkan masa depan dengan ChatGPT.
Menurut Bae, jika ChatGPT menjadi penulis fiksi ilmiah penuh waktu, jumlah novel yang dihasilkan akan meningkat pesat. Dan dalam jangka panjang, para konsumen robot perlu rajin membeli buku untuk mengimbangi kecepatan produksinya.